HARIANSULTENG.COM – Hari ini tepat 24 tahun lalu, Rukly Chahyadi terpilih sebagai utusan Sulawesi Tengah (Sulteng) untuk menjadi bagian dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Istana Negara.
Paskibraka 1999 era Rukly Chahyadi ini menjadi Paskibraka terakhir yang tergabung dengan utusan Timor Timur, sebelum Timor Timur berpisah dari Indonesia.
Kepada HarianSulteng.com, Rukly mengaku motivasinya muncul dari diri pribadi, teman-teman dan para senior di Purna Paskibraka.
Rukly merasa bahwa Paskibraka memberikan kesempatan baginya untuk tumbuh dan berkembang.
Pengalaman ini memberinya latihan yang kuat dalam hal disiplin, tanggung jawab dan mental yang kuat.
Paskibraka juga mengajarkannya tentang pentingnya bekerja dalam tim daripada hanya fokus pada diri sendiri.
“Paskibraka memberikan bekal, tetapi intinya kembali pada usaha individu. Semua dimulai dari sana, kami berjuang dengan bekal dasar itu,” katanya, Kamis (17/8/2023).
Sebagai Purna Paskibraka, terlebih yang pernah bertugas di Istana Negara, pria akrab disapa Uki itu selalu mendapat undangan setiap pelaksanaan upacara 17 Agustus di Kantor Gubernur Sulteng.
Rukly berbagi pengalamannya saat ia terpilih menjadi bagian dari tim Paskibraka Nasional yang bertanggung jawab mengibarkan sang saka merah putih di depan Presiden BJ Habibie.
Ia mengaku beruntung karena dalam pelaksanaan upacara masih dapat menyaksikan bendera pusaka merah putih yang asli.
Bendera asli jahitan Fatmawati, istri Ir Sukarno itu disandingkan dengan bendera duplikat sehingga terdapat dua orang pembawa baki.