Rahmad memberi contoh banyak usaha kecil yang tidak bisa berlanjut ketika terjadi konflik, sehingga mempengaruhi perekonomian.
Melalui kolaborasu Care dan UN-Women, Karsa Institute bekerja untuk mengurangi tingkat kerentanan terhadap perempuan ketika terjadi konflik horizontal, sekaligus memperbaiki pemahaman mengenai gender yang kerap kali berakhir merugikan.
“Karsa memberikan penguatan pemahaman gender untuk memingkatkan pemahaman tentang kesamaan gender termasuk pada laki-laki,” kata Rahmad
Ketua AJI Palu, Agung Sumandjaya mengungkapkan kegiatan pelatihan ini diberikan kepada jurnalis yang ada di Sulteng ini sangat tepat.
Menurut Agung, sangat jarang ditemukan pemberitaan yang memang berperspektif gender di media-media lokal di Sulteng saat ini.
“Sulawesi Tengah juga merupakan daerah dengan potensi bencana yang tinggi. Tidak hanya bencana alam, namun juga bencana yang timbul akibat konflik antarwarga yang terjadi,” sebut Agung.
Ia menambahkan, ketika bencana terjadi, perempuan justru luput dari pemberitaan media. Padahal di beberapa tempat, perempuan juga menjadi penggerak dalam melakukan resiliensi, baik itu ketika bencana alam terjadi ataupun saat terjadinya konflik warga.
“Perempuan seharusnya menjadi tokoh utama pula dalam pemberitaan kawan-kawan, yang selama ini selalu didominasi narasumber pria. Pemberitaan yang disajikan, juga jangan hanya dampak dari bencana atau konflik yang terjadi, tapi bagaimana menyajikan pemberitaan yang mengangkat sisi lain seperti perjuangan para perempuan menjadi penggerak di tengah masyarakat untuk keluar dari kesulitan tersebut,” jelas Agung.
Tidak hanya membekali 12 Jurnalis dalam pelatihan saja, UN-Women dan AJI Indonesia akan menyediakan dana liputan bagi 2 orang jurnalis yang memiliki proposal liputan menarik terkait dengan pemberdayaan perempuan dan pemuda dalam perdamaian.
(Red)