HARIANSULTENG.COM – Longsor yang terus terjadi di Jalur Kebun Kopi menuai kritik dari Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Kabupaten Donggala.
Teranyar, longsor yang terjadi pada Kamis (11/9/2025) malam menimbun sejumlah kendaraan saat hendak melintas.
Meski tak menelan korban jiwa, kerugian materiil tetap tak terhindarkan. Kemacetan panjang bahkan mengular hingga beberapa kilometer.
Anggota BPC Gapensi Donggala, Erwin Bulukumba menyebut Jalur Kebun Kopi selalu menjadi langganan longsor kendati puluhan hingga ratusan miliar anggaran digelontorkan saban tahun untuk perbaikan.
“Saya prihatin dengan penanganan Jalan Kebun Kopi yang terkesan menjadi proyek abadi. Setiap tahun diperbaiki, tapi tak pernah selesai,” ujar Erwin.
Menurutnya, pola penanganan jalan ini perlu dievaluasi serius. Selama ini perbaikan hanya berpindah dari satu titik ke titik lain tanpa memberikan solusi menyeluruh.
Ia menilai cara kerja yang selama ini digunakan masih konvensional dan tidak menyentuh akar masalah.
“Selain jadi proyek abadi, masyarakat juga menilai penanganan jalan Kebun Kopi tak ada solusi konkret. Longsor selalu ada, dan cara yang dipakai itu-itu saja,” ucapnya.
Erwin menambahkan, kontraktor selalu menjadi pihak yang paling diuntungkan, sementara pengguna jalan justru menanggung dampak buruk dari proyek yang tidak kunjung rampung.
“Pertanyaan saya, apakah tidak ada model lain untuk menangani jalan Kebun Kopi? Pasti ada. Jangan lagi dengan cara konvensional. Biaya besar tidak masalah, asalkan sekali dikerjakan hasilnya efektif dan efisien,” tegas Erwin.
Ilham, seorang pengendara, mengaku selalu was-was saat melintasi jalur Kebun Kopi, terutama di musim hujan.
“Kami pengendara maupun sopir takut lewat sini, kalau cuaca buruk. Longsor bisa terjadi kapan saja,” ujarnya.
Sebagai sopir rental Palu–Parigi Moutong, Ilham juga merasakan dampak langsung dari bencana ini.
“Mobil ini terpaksa saya hentikan dulu, daripada membahayakan diri sendiri,” katanya.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Tengah, Bambang S Razak menyebut Jalan Trans Sulawesi kembali normal setelah pembersihan material selesai.
“Longsor terjadi sekitar pukul 21.30 Wita di ruas Kebun Kopi–Toboli KM 56+100 akibat hujan deras. Kendaraan sempat terjebak, tapi tidak ada korban jiwa. Kami langsung turunkan dua alat berat untuk membersihkan jalur,” jelasnya.
(Fat)