HARIANSULTENG.COM – Perburuan terhadap teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) belum berakhir.
Prajurit TNI-Polri tergabung dalam Operasi Madago Raya terus melakukan pengejaran di wilayah Kabupaten Poso, Sigi dan Parigi Moutong.
Sejak efektif beroperasi pada Januari 2021, Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya berhasil menembak mati 7 anggota MIT.
Satgas Madago Raya terakhir terlibat kontak tembak dengan MIT di Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sabtu (18/9/2021).
Dalam Insiden itu, pimpinan MIT Ali Kalora dan satu anggotanya bernama Jaka Ramadhan dilaporkan tewas.
Kelompok MIT diketahui kini tersisa 4 orang, dan berikut profilnya yang dikutip dari berbagai sumber.
Askar alias Jaid alias Pak Guru
Askar masuk daftar pencarian orang (DPO) Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri sejak 2014.
Pria kelahiran 1988 itu tercatat lama bermukim di Desa Dumu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, NTB.
Pada 2012, ia menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) di Bima sebelum akhirnya hijrah ke Poso untuk memenuhi undangan Santoso, pimpinan MIT kala itu.
Askar bersama kedua rekannya, Abu Alim alias Ambo dan Nae alias Galuh mulai mengikuti pelatihan militer bersama kelompok MIT Poso pada 2014.
Lelaki berambut panjang berombak ini diketahui memiliki keahlian meracik dan merakit bom.
Nae Alias Galuh alias Mukhlas
Baik Nae dan Askar sepintas memiliki banyak kesamaan latar belakang.
Selain berasal NTB, keduanya juga aktif menjadi anggota JAT sejak 2012.
Nae kemudian bergabung dengan kelompok MIT karena ajakan temannya Abu Alim alias Ambo.
Abu Alim sendiri tewas saat kontak tembak dengan Satgas Madago Raya di Desa Tanah Lanto, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sabtu (17/7/2021).
Sama seperti Askar, Nae mengikuti pelatihan militer pada 2014 di bawah komando Santoso di wilayah Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir Utara.
Dalam kelompok MIT, pria kelahiran 3 April 1992 itu dikenal memiliki kemampuan membaca peta dan menggunakan GPS.
Suhardin alias Hasan Pranata
Suhardin merupakan orang tertua di dalam kelompok MIT saat ini.
Ia sebelumnya bermukim di Dusun Tanah Takko, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Saat berada di Sulawesi Barat, lelaki kelahiran 26 Februari 1985 ini pernah terseret kasus kerusuhan Mamasa 2004.
Ia tertangkap dengan tuduhan kepemilikan senjata api dan harus mendekam di penjara.
Usai menjalani hukuman, Suhardin menetap di Kelurahan Moengko, Kecamatan Poso Kota dan mulai bergabung dengan kelompok MIT saat dipimpin Santoso pada 2012.
Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang
Diantara sisa kelompok MIT, diketahui hanya Gazali warga asli Sulawesi Tengah.
Ia lahir pada 26 April 1994 dan berasal dari Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota.
Tak banyak diketahui tentang diri, peran dan keahlian Gazali di dalam tubuh MIT.
Namun ciri menonjol Gazali yakni rambutnya pendek bergelombang, bermuka lonjong dan bibir tebal. (Fkr)