Hal itu ia lakukan untuk mengecek dan melihat jemaatnya yang setiap hari Sabtu ramai berjualan di pasar.
Beberapa saat setelah ledakan pertama terjadi, Meinondo kembali mendengar ledakan kedua dari arah Pasar Tentena.
Ia pun langsung menggendong dan membawa anaknya ke rumah keluarga yang tak jauh dari rumahnya.
Sepanjang perjalanan, Meinondo melihat situasi sudah tidak karuan dan orang-orang terus berlari sambil berteriak.
Saat masih di pinggir jalan sambil menggendong anak, Meinondo dihampiri keluarganya dan diberi kabar bahwa Pendeta Deni meninggal akibat ledakan bom di Pasar Tentena
Mendengar kabar suaminya menjadi korban, Meinondo sempat tak sadarkan diri dan tak menyangka sang suami meregang nyawa oleh aksi terorisme.
“Kakak saya datang sambil menangis dan memeluk saya dan anak saya. Kemudian ia mengatakan kalau suami saya salah satu korban meninggal,” ujar Meinondo sambil terisak.
“Saya hanya mengingat pesan saya kepada suami sebelum pergi ke Pasar Tentena agar cepat pulang. Saya sempat tak sadarkan diri beberapa menit. Setelah sadar, saya melihat orang di rumah sudah ramai dan mulai mendirikan tenda,” terangnya.