HARIANSULTENG.COM, PALU – Sekretaris Daerah Kota (Sekkot) Palu, Irmayanti Pettalolo menghadiri sosialisasi refleksi enam tahun bencana likuifaksi Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala), Kamis (19/09/2024).
Kegiatan yang berlangsung di Swiss Bell Hotel Palu ini mengangkat tema “Tangguh Terhadap Bencana Likuefaksi” yang diselenggarakan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM.
Turut hadir pula dalam kegiatan ini yakni Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Rudy Dewanto dan Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid.
Mewakili gubernur, Rudy menyampaikan bahwa bencana gempa bumi pada28 September 2018 lalu telah memicu tsunami dan likuifaksi yang mengubur ribuan rumah serta menimbulkan banyak korban jiwa.
Satuan tugas penanggulangan bencana di Provinsi Sulawesi Tengah mencatat kurang lebih sebanyak 4.845 orang meninggal dunia, 172.999 pengungsi, dan 110.214 rumah yang rusak.
Adapun total kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp24.157.128.876.846 dan total kebutuhan sebesar Rp36.392.314.917.293.
Berdasarkan data monitoring penanganan pascabencana 28 September 2018 wilayah Padagimo terutama sektor perumahan per tanggal 12 Juni 2024, data validasi penanganan melalui dana stimulan total jumlah rusak ringan sejumlah 67.857 unit, terealisasi sejumlah 67.716 unit.
Adapun rumah rusak sedang tervalidasi sejumlah 23.288 unit, terealisasi sejumlah 23.200 unit, rusak berat tervalidasi sejumlah 15.397 unit, terealisasi sejumlah 15.292 unit.
Sementara itu, warga terdampak bencana (WTB) gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang tervalidasi dalam perolehan huntap sejumlah 9.307 KK, hingga tahun 2024 telah terealisasi sejumlah 8.525 KK.
Progres hingga tahun 2024 sebesar 91,60 persen, sisa progress 8,4 persen akan rencanakan untuk penanganannya pada tahun anggaran 2025.
Gempa yang terjadi memicu likuifaksi, banyak yang menyebut tanah bergerak sendiri’ menggulung ribuan rumah yang terkena dampak likuifaksi dengan luas ratusan hektar.
Likuifaksi bisa terjadi pada tanah yang jenuh air (saturated), seluruh pori antar butir tanah terisi air dan membentuk apa yang seringkali dikenal sebagai tekanan air pori.
Kejadian bencana ini mengingatkan kita untuk selalu waspada dan siaga, serta menyiapkan diri sebaik-baiknya.
Peristiwa bencana 28 September 2018 merupakan pengalaman berharga bagi semua untuk lebih mewaspada diri terhadap wilayah yang sangat rentan resiko bencana, oleh karenanya pada kesempatan ini kiranya kita dapat bersama sama Badan Geologi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI untuk mengikuti informasi terhadap kawasan rentan likuifaksi dan atas inisiatif penyelenggaraan kegiatan ini.
“Saya atas nama pribadi dan Pemerintah Sulawesi Tengah mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada badan Geologi Kementerian ESDM, dengan harapan semoga literasi dan mitigasi kita dalam menghadapi bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi semakin meningkat sehingga kita memiliki kesiapsiagaan dan kewaspadaan untuk menghadapi amukan bencana yang tidak bisa diketahui dengan pasti kedatangannya,” ungkapnya.