Ia menyatakan bahwa moderasi beragama bukan berarti pendangkalan akidah. Moderasi beragama lebih kepada sikap dan perilaku beragama tanpa merubah ajaran agama itu sendiri.
Zainal mengatakan, aspek utama dalam praktik moderasi beragama dalam kehidupan yaitu menghargai perbedaan.
“Seandainya Tuhan mau menciptakan satu agama, maka di dunia ini hanya satu agama saja. Tetapi ternyata Tuhan menciptakan banyak agama,” kata Zainal usai mengutip Surah Yunus ayat 99.
Dari penjelasan Alquran tersebut, perbedaan yang terjadi merupakan suatu ketetapan Allah SWT. Pada titik ini, moderasi beragama mengajarkan sikap toleransi terhadap keyakinan dan praktik keagamaan orang lain.
Zainal mengakui kebanyakan orang justru lebih menonjolkan perbedaan yang berlebih-lebihan. Padahal, ia menyebut semua agama lebih banyak persamaan dibanding perbedaannya.
“Saya sedang melakukan penelitan bagaimana melihat persamaan agama. Ternyata lebih banyak persamaannya daripada perbedaan. Cuma terkadang kita lebih menonjolkan perbedaan antara agama yang satu dengan yang lain. Padahal perbedaannya sangat kecil,” jelasnya.
Oleh karena itu, Zainal merasa penting untuk memahami dan menerapkan moderasi beragama demi terciptanya kehidupan yang harmonis, dan saling menghormati di tengah keberagaman.
Acara dialog yang berlangsung lebih dari satu jam itu kemudian ditutup dengan deklarasi Gerakan Moderasi Beragama Sulawesi Tengah.
Para peserta serentak mengucap ikrar ingin menjaga 4 pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika), serta menerapkan nilai-nilai toleransi dalam berkehidupan.
(Jmr)