HARIANSULTENG.COM, PALU – Kemunculan ikan mola-mola di Teluk Palu pada 1 Februari 2023 lalu ramai dibahas di media sosial.
Tak sedikit orang menganggap penampakan hewan langka tersebut di permukaan sebagai tanda akan datangnya sebuah bencana alam.
Namun spekulasi itu langsung dibantah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas l Palu.
“Tidak ada kaitannya secara ilmiah antara kemunculan hewan tersebut dengan bencana,” tegas Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Kelas l Palu, Hendrik Leopatty saat dihubungi, Minggu (5/2/2023).
Mengutip laman Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Mola-mola atau biasa disebut Sunfish berasal dari Bahasa Latin “millstone” yang artinya batu gerinda.
Julukan ini diberikan karena bentuk tubuhnya yang menyerupai batu dengan warna abu-abu, bertekstur kasar dan bentuk badannya bulat.
Mola-mola tergolong ikan yang unik meski umumnya semua jenis ikan selalu mempunyai sirip ekor. Biasanya sirip (sayap) ikan lain terletak di samping kiri dan kanan, sedangkan mola-mola siripnya berada vertikal di atas dan bawah.
Akibat bentuk siripnya yang aneh ditambah tubuhnya yang bulat dan gemuk, membuat ikan mola-mola sangat lambat untuk berenang bahkan tidak bisa melawan arus ombak.
Sementara, nama Sunfish yang berarti ikan matahari ini diberikan karena kegemarannya berjemur. Ikan ini memang alergi air dingin meski hidupnya di laut.
Caranya, ia naik ke permukaan air laut yang tidak terlalu dalam dan berjemur sembari tiduran setelah menyelam hingga kedalaman 600 meter.
Karena keadaan bentuk tubuhnya yang aneh, membuat ikan mola-mola terancam punah. Ia sering menjadi korban kecelakaan dalam lalu lintas perairan laut seperti tersangkut di baling-baling kapal perahu dan sering menjadi korban tabrakan dari kapal-kapal besar yang sedang melaju ke arahnya. (Jmr)