HARIANSULTENG.COM, PALU – Kasus pembunuhan murid SD di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu masih menyisakan duka bagi keluarga meski tersangka telah ditangkap.
Sehari setelah jenazah korban berinisial AR dimakamkan, Kamis (2/11/2023) siang, tenda beratap biru masih berdiri di depan rumah duka di Jalan Kedondong.
Sejumlah anggota keluarga masih berkumpul. Tiga pria dewasa tampak ngobrol santai di bawah tenda. Kedua orangtua AR menerima tetamu dari Sahabat Saksi dan Korban (SSK) dan sejumlah wartawan.
SSK merupakan individu atau kelompok masyarakat yang ditetapkan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Perwakilan SSK di Sulawesi Tengah (Sulteng) bertanya kepada orangtua korban terkait kasus pembunuhan yang menimpa AR.
Pengumpulan informasi ini dilakukan untuk memberikan pelayanan perlindungan saksi dan korban kepada keluarga kecil yang sedang dalam duka itu.
Ibu korban, Selvia menceritakan bahwa dirinya bersama sejumlah anggota keluarganya yang lain kembali melihat TKP pembunuhan AR sekira jam satu siang.
Di sana, ia terkejut menemukan celana pendek berwarna kuning yang terakhir dikenakan oleh buah hatinya. Keluarga korban langsung menguhubungi kepolisian terdekat.
“Ada celananya kami dapat di semak-semak, itu celana anak saya,” ujar Selvia.
Di sisi lain, pihak keluarga merasa heran tidak adanya garis polisi dipasang di tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan AR.
“Tidak ada garis polisi. Apakah kasus begini tidak diberi garis polisi di lokasi kejadian,” ucapnya heran
Herman, ayah korban mengaku tidak melihat garis polisi ketika menyaksikan olah TKP dan proses evakuasi jenazah anaknya.