Sementara itu, Agustinus Hariadi, Kepala Perwakilan dari managemen PT CAS untuk Sulawesi Tengah, menyampaikan bahwa perusahaan hadir dengan dokumen yang dipersyaratkan serta itikad baik.
“Kami ingin membawa manfaat bagi masyarakat Morowali Utara. Bilamana ada beda pendapat atau kelalaian tanpa disengaja dari pihak perusahaan, kami berkomitmen untuk menyelesaikannya dengan baik. Kami selalu mengingatkan tim lapangan agar selalu berkomunikasi dengan kepala desa, tokoh masyarakat, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam berkegiatan, terutama batas- batas wilayah situs budaya yang dinilai sakral/keramat oleh masyarakat setempat,” jelas Agus – sapaan akrab Agustinus Hariadi.
Kalaupun kehadiran PT CAS di Desa Menyoe, ada pihak lain yang masih belum bisa menerima, Agus mempersilakan untuk menempuh jalur hukum.
Seperti yang pernah disampaikan oleh Biro Hukum Kantor Gubernur Sulawesi Tengah saat pertemuan mediasi yang dipimpin Asisten Pembangunan dan Ekonomi Pemprov Sulteng, Rudi Dewanto, pada 27 Februari 2025 lalu.
Ditegaskan Agus, kehadiran PT CAS ingin membawa manfaat bagi masyarakat Morowali Utara. Semua dijalankan melalui proses dan tahapan yang ada. Bukan secara tiba-tiba PT CAS mendapat izin dari Bupati Morowali Utara.
“Kami juga telah melakukan survey lapangan di Desa Menyoe sejak Oktober 2023 lalu, dan tidak pernah ada masalah apapun. Survey dilakukan bersama tokoh masyarakat dan Suku Wana sebagai tenaga perintis jalan saat itu. Saya ikut serta bersama mereka selama 10 hari pada Oktober 2023 lalu. Baru setelahnya kami mulai mengurus perizinan awal untuk Desa Menyoe, sebagai wilayah pengembangan usaha perkebunan PT CAS,” cerita petinggi PT CAS ini.
“Setelah itu, kami mengajukan permohonan izin kepada Pemda setempat dan berkoordinasi dengan pihak ATR/BPN Morut, untuk memastikan bahwa wilayah Desa Menyoe adalah “clear and clean”, status lahan APL, dan tidak ada izin usaha di dalamnya,” tambahnya.
Pria asal Solo, Jawa Tengah ini juga mengungkapkan, pihaknya juga intens menjalin komunikasi kultural dengan masyarakat adat. Tak ada pengabaian atau tidak menghargai kearifan lokal masyarakat setempat.
“Kami sebagai pelaku usaha adalah tamu atau pendatang, yang akan selalu menghargai kearifan lokal, situs budaya dan adat Suku Wana. Itu komitmen kami sejak awal kami tiba dan akan terus kami pegang,” katanya.
Dengan semangat kearifan lokal, warga Desa Menyoe bersama PT CAS berharap dapat membawa perubahan baik di bidang perekonomian maupun peradaban bagi Suku Wana, yang saat ini masih banyak tinggal di dalam hutan.
“Silakan turun dari hutan, mari kita bersama-sama membangun Desa Menyoe,. menjadi desa maju dan mandiri,” tandas Agus.
(Fan)