“Pemerataan faskes dan nakes di level desa merupakan suatu program yang tidak bisa ditunda-tunda lagi, mengingat sumber masalah ada di situ,” katanya.
Dikatakan Boedi, permasalahan pemerataan faskes dan nakes sampai saat ini masih menjadi permasalahan utama dalam penyediaan layanan kesehatan bagi masyarakat terutama di wilayah Indonesia Timur, terutama ketersedian faskes dan nakes.
Data menunjukkan bahwa masyarakat wilayah Indonesia Timur, seperti Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara belum menikmati adanya faskes dan nakes yang cukup.
“Program ini sangat baik untuk diimplementasikan, sehingga nantinya kejadian-kejadian luar biasa seperti malaria, campak dan bahkan HIV/AIDS yang masih tinggi dapat ditekan, tak hanya itu, pemerataan juga dapat berfungsi sebagai peringatan awal (early warning) jika mulai terjadi suatu kondisi kejadian luar biasa yang tak jarang terjadi di wilayah Indonesia Timur,” ungkap Boedi.
Secara umum, pemenuhan SDM Kesehatan saat ini masih menjadi kendala utama dalam pembangunan sektor kesehatan di Indonesia.
Saat ini hanya tersedia 0,68 dokter termasuk dokter spesialis per 1.000 populasi Indonesia. Sedangkan menurut standar WHO yaitu 1 per 1.000 populasi. Jumlah ini masih sangat rendah, ditambah lagi dengan kondisi tidak meratanya keberadaan dokter di masing-masing provinsi.
(Adv)