HARIANSULTENG.COM, MORUT – Kehadiran PT Cipta Agro Sakti (CAS) di Kabupaten Morowali Utara (Morut), Sulawesi Tengah, membawa harapan baru bagi perekonomian masyarakat setempat.
Perusahaan sawit berskala besar ini resmi memulai tanam perdana pada 1 Mei 2025, dengan lokasi perkebunan yang tersebar di dua kecamatan, yakni Mamosalato dan Bungku Utara dan pengembangan saat ini di Desa Menyo’e, Mamosalato.
Meski awal kehadirannya sempat diwarnai tantangan perizinan, namun PT CAS kini sudah melengkapi perizinan sesuai ketentuan.
Warga Dusun Padangkalan, Desa Menyo’e, Kecamatan Mamosalato, menyampaikan dukungan mereka dengan kehadiran PT CAS. Perusahaan ini dinilai memegang komitmen untuk membawa perubahan positif bagi daerah.
Suryadarma, warga setempat, mengatakan sangat bersyukur dengan kehadiran PT CAS yang datang berinvestasi di Mamosalato. Geliat ekonomi mulai terlihat.
“Kami bersyukur dan bahagia. Sudah ada kesepakatan masyarakat untuk tetap mendukung keberadaan PT CAS,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (7/6/2025).
Hal senada disampaikan Timotius, Dewan Adat Desa Menyo’e. Ia mengaku bangga melihat proses penanaman sawit PT CAS pada awal Mei lalu.
“Pada dasarnya, kami menerima dengan baik,” ucapnya merespons positif kehadiran PT CAS berinvestasi di Kecamatan Mamosalato.
Tokoh masyarakat lainnya, Obin, mengungkapkan sebelum perusahaan itu hadir, akses jalan di desa mereka sangat sulit untuk dilewati. Bayangkan saja, kata dia, bila ingin berpergian ke luar desa, butuh waktu hingga beberapa hari.
“Perubahan sudah ada. Dulu butuh berhari-hari kalau ke luar desa. Sekarang hanya dalam hitungan jam sudah tiba. Kami melihat PT CAS hadir dengan kepedulian yang tinggi kepada masyarakat,” katanya.
Kepala Desa Menyo’e, Sulwinsis Dowo, menambahkan bahwa izin operasional perusahaan sudah keluar sejak 10 Januari 2025. Mau tak mau, perusahaan ini harus didukung berinvestasi di desa yang dipimpinnya.
“Kami tidak punya wewenang lebih. Kalau melihat sejauh ini, perusahaan memberi manfaat, termasuk menyahuti apa kebutuhan pembangunan yang diharapkan masyarakat,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari tokoh adat Suku Wana, Tete Pangga, atau akrab disapa “Bue Pangga”.
Saat bertemu pihak perusahaan baru-baru ini, dalam bahasa daerah setempat, Tete Pangga menyampaikan apresiasinya telah terbangun kolaborasi pemerintah dengan perusahaan.
“Kami menghargai perusahaan yang bekerja sama membangun daerah ini. Jangan ada lagi yang menghambat atau memalang aktivitas perusahaan,” ujarnya.
Tete Pangga yang kini berusia 94 tahun adalah tokoh adat di Gunung Tua, situs budaya tertua di Menyoe.
Ia berharap kedamaian di wilayah yang didiami Suku Wana. Jika ada persoalan, hendaknya diselesaikan dengan damai dan mengedepankan komunikasi.
“Suku Wana tidak pernah mendukung kekerasan. Kami ingin hidup sejahtera, dan sekarang perubahan itu mulai terasa. Inilah saatnya. Waktunya telah tiba,” ucapnya.
“Kami lahir disini, dan akan mati disini juga. Adanya perubahan saat ini sudah pernah saya sampaikan ke anak cucu saya. Dan memang benar, saatnya sudah tiba. Jangan ada yang coba-coba menghalangi orang yang berniat baik bagi suku Wana. Kami pasti akan turun tangan,” tuturnya menambahkan.