HARIANSULTENG.COM – Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Anwar Hafid mengakui kemarahannya terkait satu pohon yang ditebang di depan rumah jabatan (rujab) Jalan Prof Moh Yamin, Kota Palu.
Anwar menyebut kemarahannya soal pohon yang ditebang karena sangat menghargai legacy para pendahulunya yang dengan susah payah menanam pohon.
“Kalau tidak salah pohon itu ditanam oleh Gubernur Aziz Lamadjido. Puluhan tahun pohon itu dipelihara dari gubernur ke gubernur penerusnya. Pastinya, pohon itu dulu juga ditanam menggunakan dana APBD,” ucapnya, Rabu (24/12/2025).
Anwar Hafid juga sangat menyayangkan jika hanya berdalih penataan jalan yang tidak urgen mengorbankan tanaman yang sangat berharga.
“Apalagi pohon itu tumbuh di tengah kota yang sangat dibutuhkn oleh kita semua. Lebih disayangkan lagi, yang ditebang itu adalah pohon mahoni yang susah sekali untuk tumbuh,” ujarnya.
Ia juga menyayangkan kemarahannya atas penebangan pohon itu dikaitkan dengan politik. Menurut Anwar, ekspresinya itu semata-mata peduli terhadap lingkungan.
“Ini murni karena saya peduli terhadap tanaman yang bermanfaat untuk orang banyak. Apalagi pohon itu memang sengaja ditanam. Malah dulu saya di Morowali pernah mendatangi rumah warga karena menebang pohon di depan rumahnya,” tutur Anwar.
Anwar mengatakan bahwa penataan kota untuk meraih Adipura juga bukan sekadar soal kebersihan, tapi juga penataan lingkungan hidup, termasuk menjaga tanaman pohon.
“Karena itu seyogyanya kita harus menanam, bukan menebang,” imbaunya.
Sementara, terkait dengan deforestasi hutan semasa menjabat sebagai bupati Morowali, Anwar bilang beda korelasi antara pohon di hutan dan pohon yang ditanam.
“Kegiatan pertambangan ada manfaat dan mudaratnya. Tapi terkadang orang hanya fokus pada sisi negatif semata,” pungkasnya.
(Red)














