HARIANSULTENG.COM – Gagasan calon gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) nomor urut 1, Ahmad Ali dikuliti oleh para aktivis mahasiswa, Jumat malam (8/11/2024).
Politisi berusia 55 tahun itu menjawab berbagai pertanyaan mahasiswa terkait permasalahan yang terjadi di daerah ini.
Salah satu masalah yang banyak disoal aktivis mahasiswa adalah terkait pendidikan di Sulawesi Tengah.
Mereka menilai akses pendidikan masih sulit bagi anak-anak di pelosok daerah, beasiswa pendidikan yang kerap tidak tepat sasaran hingga jumlah anak putus sekolah yang masih tinggi.
“Salah satu contoh di Uwentumbu, di sana ada sekitar 200 anak sekolah yang ketika intensitas hujan tinggi sungai banjir sehingga anak-anak tidak bisa ke sekolah. Bagaimana solusi bapak (Ahmad Ali) agar anak-anak itu bisa dipermudah akses pendidikan mereka?,” tanya Muhammad Fauzan mahasiswa dari Universitas Tadulako (Untad) Palu.
Mendengar itu, Ahmad Ali mengaku miris. Uwentumbu yang merupakan salah satu daerah di wilayah satelit ibu kota provinsi masih terdapat anak-anak yang terhambat akses pendidikan.
“Kenapa kita tidak berpikir untuk membangun sekolah di situ? Kalau ingin anak-anak sekolah nyaman, dekatkan sekolah ke masyarakat, termasuk mengadakan bus sekolah,” kata dia.
Untuk memastikan tidak ada lagi anak sekolah yang terhambat akses, Ahmad Ali juga ingin semua akses jalan terkoneksi dengan baik jika dirinya memenangkan kontestasi Pilgub Sulteng 2024.
“Saya juga mau daerah-daerah transmigrasi selama satu tahun jalannya sudah diaspal, sudah mulus. Kita harus pastikan akses jalan semua terkoneksi,” ujarnya.
Komitmen Ahmad Ali terhadap pendidikan pun mendapat apresiasi dan dukungan para aktivis mahasiswa.
Salah satu bukti komitmen Ahmad Ali terhadap pendidikan, yakni memberikan beasiswa terhadap ratusan mahasiswa Sulawesi Tengah dengan biaya pribadi hingga ke jenjang pascasarjana saat masih menjabat anggota DPR RI.
“Saya membayangkan, jika jadi gubernur saya bisa memanfaatkan APBD untuk memajukan pendidikan di Sulawesi Tengah. Pendidikan ini jangan dipandang sebagai pemborosan (anggaran), tapi kita pandang sebagai investasi sumber daya manusia,” jelasnya.
Ia mengaku prihatin masih ada puluhan ribu hingga ratusan ribu anak di Sulawesi Tengah yang tidak bersekolah dan tidak tidak bisa melanjutkan pendidikan karena tidak tersedianya bangku sekolah.
Ada pula masalah keterbatasan ekonomi yang memaksa anak-anak putus sekolah karena biaya perlengkapan belajar yang membebani.
Program perlengkapan sekolah gratis dari Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufri pun diharap dapat menjawab masalah itu.
“Soal kewenangan sekolah, gubernur memamg dibatasi. Tapi gubernur adalah perwakilan pemerintah pusat untuk berkomunikasi dengan wali kota dan bupati. Jangan gubernur jadikan wali kota atau bupati sebagai musuh, tapi gubernur harus bisa duduk bersama membangun daerah. Gubernur harus bisa memastikan setiap bupati dan wali kota menyediakan anggaran untuk pendidikan,” ujarnya.
Ahmad Ali juga berkomitmen ingin mendirikan sekolah-sekolah berbasis kejuruan berdasrkan potensi sumber daya alam setiap daerah di Sulawesi Tengah.