HARIANSULTENG.COM, PALU – Minimnya pemberitaan soal isu perubahan iklim menjadi persoalan yang mengemuka selama pelaksanaan Festival Media Hijau di Taman Gor, Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Meski ancaman perubahan iklim telah menjadi pembahasan global belakangan ini, namun isu tersebut menempati porsi paling minim dalam pemberitaan media khususnya di Sulteng.
Kondisi itu diutarakan Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu, Kartini Nainggolan saat menjadi narasumber dialog hari pertama Festival Media Hijau, Minggu (10/12/2023).
“Rata-rata hasil liputan hanya sebatas memberikan informasi, bukan menjadi rujukan untuk menumbuhkan gerakan dalam menyikapi fenomena perubahan iklim,” ucap Tini, sapaannya.
Selain kurangnya kesadaran individu dari jurnalis, kebijakan redaksional juga mempengaruhi orientasi pemberitaan, persisnya menyangkut masalah lingkungan. Liputan berita kemudian hanya mengikuti arus kepentingan para pemiliknya.
Umumnya, kata Tini, pemberitaan sebagian besar media di Sulteng masih menyasar liputan tentang politik, kasus kriminal, ekonomi maupun pendidikan.
“Bagaimana dengan dukungan newsroom? Liputan tentang kerusakan lingkungan bisa saja tidak bisa terbit karena adanya hubungan bisnis yang terjalin antara perusahaan dengan pemilik media. Ini juga menjadi tantangan yang sulit diatasi. Mungkin tidak ada jurnalis yang fokus pada masalah lingkungan,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulteng, Moh Iqbal dalam dialog di hari kedua bertema “Pengembangan Energi Baru Terbarukan di Indonesia”, Senin (11/12/2023).
Ia mengatakan bahwa media juga memiliki tugas penting untuk memberi pemahaman yang luas dan benar tentang transisi energi ke tengah publik.
“Karena dengan media yang fokus kepada isu transisi energi akan mampu memobilisasi dukungan masyarakat dan percepatan upaya dekarbonisasi sistem energi di Indonesia,” ujar Iqbal.
Sayangnya, AMSI mencatat masih sedikit media di Indonesia yang secara khusus fokus pada isu transisi energi, termasuk di Sulteng.
Bahkan, sejauh ini media hanya melihat isu transisi energi belum begitu menarik sehingga publikasinya hanya di tingkat permukaan tanpa menggalinya dan konsen melaporkannya kepada masyarakat.
“Padahal isu transisi energi itu sangat penting untuk dikawal media,” tegas Iqbal.
Melalui momentum Festival Media Hijau, mantan Ketua AJI Palu itu berharap ke depan media perlu secara masif menyuarakan isu transisi energi.
“Transisi energi bukan hanya menjadi isu nasional, namun secara masif sudah dikampanyekan secara global. Oleh karena itu, penting media di Indonesia fokus ke sana,” tandas Iqbal.
(Jmr)