Nama Bupati Buol Risharyudi Triwibowo terseret dalam kasus dugaan pemerasan atau penerimaan gratifikasi pengurusan rencana penggunaan tenaga kerja asing (TKA) di Kementerian Ketanagakerjaan (Kemnaker).
Sebelum menjabat bupati, ia merupakan staf khusus Menaker Ida Fauziyah. Dugaan keterlibatan Bowo ramai disorot setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyita motor Harley Davidson miliknya.
Kendaraan mewah seharga ratusan juta itu disita pada 21 Juli 2025. Namun, KPK baru mengumumkannya ke publik dua hari kemudian.
“Penyitaan dari saudara RYT (Risharyudi Triwibowo),” kata Juru Bicara KPK Budi Prasetyo melalui keterangan tertulis, Rabu (23/7/2025).
Moge tersebut telah dibawa ke Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan Rampasan (Rupbasan) KPK di Cawang, Jakarta Timur.
Sejauh ini, KPK telah melakukan penahanan terhadap empat dari delapan tersangka. Para oknum di Kemnaker ini diduga memeras calon TKA yang akan bekerja di Indonesia.
Adapun Bowo telah diperiksa di gedung Merah Putih KPK dalam rangka menelusuri aliran duit hasil pemerasan. Namanya lolos dari status tersangka.
Saat dihubungi, Rabu (23/7), Bowo mengaku memang pernah menerima pemberian atau gratifikasi sehingga berinisiatif melapor ke lembaga antirasuah.
Pria 50 tahun itu tak merinci waktu, jumlah, maupun bentuk pemberian yang ia terima kala itu. Yang pasti, dari pemberian itulah kemudian dipakai untuk membeli motor Harley Davidson.
“Saya pernah menerima sesuatu dan sesuatu itu saya belikan motor. Kendaraan itu saya kembalikan setelah tahu sumbernya dari kegiatan tidak benar. Ketika tahu itu perasaan saya tidak enak. Setelah dikembalikan, alhamdulillah perasaan saya nyaman,” tuturnya.

Motor gede milik Risharyudi Triwibowo yang disita KPK (Sumber: Istimewa)
Profil dan Karier Politik
Risharyudi Triwibowo atau yang dikenal dengan Bowo Timumun merupakan elite Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia lahir pada 3 Mei 1975 di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Bowo menamatkan bangku sekolah dari SD, SMP, hingga SMA di Jayapura. Ia kemudian hijrah ke Bandung untuk melanjutkan studi S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR).
Di kampus, ia tidak hanya fokus kuliah. Bowo muda juga bekerja membuka warung sambil sesekali bermain drum dalam sebuah grup band untuk menambah pemasukan.
Setelah lulus sarjana, ia kembali ke tanah kelahirannya untuk mengambil program magister jurusan manajemen pemasaran di Universitas Cenderawasih pada 2007 dan lulus tahun 2010.
Meski lahir dan besar di Papua, Bowo mewarisi darah Kaili dari neneknya. Ia merupakan anak ketiga dari pasangan Idris Rachman Timumun (Buol) dan Sri Hartati (Jawa).
Awal perjalanan karier politik Bowo Timumun bermula dari Jayapura saat menjadi Ketua DPC PKB periode 2005—2010, lalu terangkat sebagai Ketua DPW PKB Papua selama dua periode sejak 2007—2017.
Setelah itu, karier politiknya bersama partai besutan Muhaimin Iskandar semakin moncer. Bowo didapuk menjadi Wasekjen DPP PKB periode 2014—2019 dan 2019—2024. Posisi ini mengantarkannya masuk ke dalam lingkaran politik nasional.
Di dalam pemerintahan, Bowo dipercaya menjadi staf khusus dua menteri sepanjang era Joko Widodo; Menteri Desa PDTT 2015-2019 dan Menteri Ketenagakerjaan 2020-2024.
Pada Pemilu 2024, Risharyudi Triwibowo maju sebagai calon anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Sulteng. Sayangnya, raihan 101.659 suara secara akumulatif belum cukup mengantarkan Bowo melenggang ke Senayan.
Gagal di pileg tak membuat Bowo kehilangan asa. Keberuntungan berpihak padanya ketika maju di Pibup Buol 2024 bersama Moh. Nasir Daimaroto.
Kemenangan Bowo-Nasir di Bumi Pogogul pun sarat kontroversi, mulai dari tudingan politik uang hingga berujung pada gugatan ke Mahkamah Konstitusi.
Namun, berbagai tuduhan itu mental. Pasangan Bowo-Nasir ditetapkan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Buol. Mereka resmi dilantik Presiden Prabowo Subianto pada 20 Februari 2025.

Risharyudi Triwibowo saat masih menjabat Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan RI (Sumber: hariansulteng.com)
Bisnis dan Harta Kekayaan
Di tengah kesibukannya sebagai politikus plus kini kepala daerah, Risharyudi Triwibowo datang dari latar belakang seorang pengusaha.
Semasa muda dan tinggal di Jayapura, Bowo melanjutkan dan memperbesar bisnis keluarga di bidang perhotelan dan properti.
Pada tahun 2000 hingga 2008, dirinya merupakan Manager Hotel Rasen Jayapura. Beriring waktu, Bowo terus mengembangkan sayap bisnisnya dengan membuka layanan hotel serupa di Jakarta.
Jabatan mentereng lain yang pernah diemban Bowo adalah direktur PT Ratna Sentani Gemilang selama enam tahun sejak 2008. Kemudian pada 2014, posisinya digeser menjadi komisaris dalam kepengurusan perusahaan.
Merujuk data Kementerian Hukum, nama Bowo juga tercatat sebagai beneficial owner (BO) PT Seram Mineral Internasional dan PT Moluccas Aneka Tambang.
Sama seperti PT Ratna Sentani Gemilang, kedua perusahaannya ini secara formal berkedudukan di Hotel Rasen, Jalan Otista Raya, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Berdasarkan data LHKPN per September 2024, Bowo memiliki kekayaan mencapai Rp6,85 miliar. Total kekayaan ini tidak termasuk motor Harley Davidson yang disita KPK.
Adapun harta yang dilaporkan Bowo terdiri dari tanah dan bangunan senilai Rp4,2 miliar, alat transportasi dan mesin Rp667,5 juta, dan harta bergerak lainnya Rp1,8 miliar.
Selain itu, Bowo juga memiliki kas dan setara kas sebesar Rp1,06 miliar, serta masih punya utang senilai Rp980 juta.
Dengan kekayaan yang hampir menembus Rp7 miliar, Bowo masuk deretan kepala daerah paling tajir se-Sulteng setelah Hadianto Rasyid (Rp266 miliar), Anwar Hafid (Rp87 miliar), Amirudin Tamoreka (Rp67 miliar), Iksan (Rp45 miliar), Rizal Intjenae (Rp16 miliar), Verna GM Inkiriwang (Rp12 miliar), dan Delis J. Hehi (Rp9 miliar).
(Fandy)