HARIANSULTENG.COM, PARIMO – Perbedaan soal identitas anggota teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang tewas di Parigi Moutong mendapat sorotan dari akademisi Universitas Tadulako, Harun Nyak Itam Abu.
Pasalnya, perbedaan keterangan justru terjadi antara Mabes Polri dan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Polda Sulteng).
Harun menyayangkan pernyataan Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo yang menyebut anggota MIT yang tewas bernama Askar alias Jaid alias Pak Guru.
Namun usai dilakukan proses identifikasi, Kapolda Sulteng, Irjen Rudy Sufahriadi mengumumkan bahwa korban atas nama Suhardin alias Hasan Pranata.
Terkait hal ini, Harun menilai Mabes Polri terlalu terburu-buru menyampaikan informasi tanpa menunggu hasil identifikasi dari petugas di lapangan.
“Harusnya menunggu dulu hasil identifikasi jenazah sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran. Artinya publik mencatat bahwa Mabes Polri terlalu terburu-buru menyampaikan informasi,” kata Pakar Hukum Universitas Tadulako tersebut, Kamis (28/4/2022).
Perbedaan keterangan Mabes Polri dan Polda Sulteng terkait identitas korban tewas dari teroris MIT ini juga pernah terjadi pada Juli 2021 lalu.
Saat itu, prajurit TNI-Polri tergabung dalam Operasi Madago Raya berhasil menembak mati dua Anggota MIT, Minggu (11/7/2021).
Beberapa saat usai kejadian, Mabes Polri langsung menyampaikan keterangan bahwa satu di antara korban bernama Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
Sementara, keesokan harinya Polda Sulteng justru memastikan korban merupakan Qatar alias Farel alias Anas.