HARIANSULTENG.COM, PALU – Mahasiswa Fakultas Teknik dan Kehutanan Universitas Tadulako (Untad) membeberkan kronologi dan penyebab bentrokan di kampus pada 31 Mei 2023.
Pertikaian kedua kelompok mahasiswa ini disinyalir bermula dari insiden keributan saat pertandingan futsal pada 25 Mei 2023 di GOR Gawalise, Kelurahan Duyu, Kota Palu.
Sehari setelah pertandingan, Sekretariat Mahasiswa Prodi Teknik Geologi di Jalan Teluk Tomini didatangi puluhan mahasiswa Kehutanan.
“Kami tidak sampai 15 orang, 8 orang angkatan 2022,” ujar mahasiswa Teknik Geologi, Andi Muhammad Abrar kepada wartawan, Minggu malam (4/6/2023).
Ia menyebut ada sekitar 30 mahasiswa Kehutanan yang mendatangi Sekretariat Teknik Geologi, termasuk seorang ketua lembaga kemahasiswaan.
Kedatangan mereka untuk mencari salah satu mahasiswa teknik geologi berinisial R yang diduga melakukan aksi pemukulan usai pertandingan futsal.
Abrar bersama-sama teman-temannya telah menyampaikan bahwa mahasiswa R tidak berada di sekretariat.
Namun demikian, salah satu oknum ketua lembaga kemahasiswaan Fakultas Kehutanan mengancam akan memanggil teman-temannya untuk mengobrak-abrik sekretariat teknik geologi jika tak menyerahkan R.
Rombongan oknum mahasiswa kehutanan tersebut kemudian melakukan aksi pemukulan hingga mengancam mahasiswa teknik geologi menggunakan senjata tajam.
“Kami dipukul dan segala macam. Kami yang berada di teras dan mahasiswa di lantai dua diancam pisau,” tutur Abrar.
Akibat kejadian itu, sejumlah mahasiswa teknik geologi mengalami luka-luka bahkan satu di antaranya patah kaki usai melompat dari lantai dua.
Anehnya, kata Abrar, mahasiswa kehutanan tadi justru meminta maaf setelah menganiaya dan mengobrak-abrik isi sekretariat.
“Kami berusaha mediasi lagi, dan diperoleh satu kesimpulan bahwa bukan R yang memukul. Mereka minta maaf sampai menyapu di dalam rumah (sekretariat),” ujarnya.
Mahasiswa Teknik Geologi Untad sebenarnya telah melakukan mediasi dengan mahasiswa kehutanan yang difasilitasi pihak kampus.
Kedua kelompok mahasiswa pun kemudian menandatangani surat pernyataan berisi kesepakatan untuk berdamai.
Akan tetapi, mahasiswa teknik geologi sedikit mengaku kecewa karena tidak adanya sanksi yang diberikan terhadap pelaku pengeroyokan dari mahasiswa kehutanan.
“Mereka mencari mahasiswa teknik, otomatis kami terkena imbasnya. Mereka menyerang kami padahal pelaku pemukulan yang mereka cari bukan anak geologi,” kata Wakil Ketua Himpunan Teknik Geologi Untad, Fikar.
Fikar menambahkan, pihaknya mencoba melakukan mediasi kembali terutama dengan oknum ketua lembaga kemahasiswaan yang melakukan pemukulan di sekretariat mahasiswa teknik geologi.
Alih-alih disambut baik, mahasiswa teknik geologi justru diancam dengan senjata tajam berupa parang dan bambu runcing.
Kejadian yang dialami mahasiswa prodi geologi inilah sontak menyebar ke mahasiswa teknik lainnya hingga memicu bentrokan pada 31 Mei 2023.
“Kami awalnya sekitar 10 orang ingin bicara baik-baik agar tidak ada lagi konflik. Tetapi sesampai di sana (kehutanan), kami langsung diancam pakai parang dan bambu runcing,” jelas Fikar.