Home / Opini / Tojo Una-Una

Kamis, 24 April 2025 - 22:36 WIB

Dari Pekarangan ke Perlawanan: Menolak ‘Kabupaten Sawit’ di Tojo Una-Una

Alfandy Ahmad Eyato/Ist

Alfandy Ahmad Eyato/Ist

Kita telah melihat jejak kehancuran akibat perkebunan sawit: hutan gundul, sungai mati, komunitas adat yang tercerabut dari tanahnya akibat Hak Guna Usaha (HGU) yang terbit di atas lahan masyarakat. Kenapa kita ingin mengulang itu di Tojo Una-Una? Apakah kita buta atau tutup mata terhadap sejarah?

Dalam forum resmi “Lokakarya Penyusunan Peta Jalan Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Agraria Sulawesi Tengah” pada 17 April 2025, Gubernur Anwar Hafid sendiri mengakui bahwa konflik agraria di Sulawesi Tengah terus meningkat—terutama sejak daerah ini terbuka luas sebagai wilayah investasi.

Ini adalah pengakuan yang penting sekaligus ironi yang nyata: bagaimana mungkin di satu sisi ia mengakui meningkatnya konflik akibat investasi, namun di sisi lain justru mengusulkan perluasan komoditas ekstraktif seperti sawit di daerah yang masih memiliki ketahanan ekologis seperti Tojo Una-Una?

Apa yang sedang kita saksikan adalah kontradiksi dalam logika pembangunan: pemerintah mengetahui risikonya, namun tetap melaju tanpa rambu-rambu.

Jika investasi selama ini terbukti memicu konflik agraria, maka wacana menjadikan Tojo Una-Una sebagai “Kabupaten Sawit” bukan solusi, melainkan memperluas potensi konflik di masa depan. Tojo Una-Una adalah wilayah yang sangat kaya secara ekologis.

Baca juga  Kontroversi Pernyataan Kapolda Sulteng: Perlukah Kategori 'Persetubuhan' Menggantikan 'Perkosaan' dalam Kasus RO?

Kita punya laut yang indah, perikanan tangkap yang produktif, hutan tropis yang masih utuh, dan potensi wisata yang luar biasa. Kenapa kita tidak memperkuat ekowisata, perikanan berkelanjutan, pertanian organik, atau kehutanan rakyat? Kenapa kita tidak mendorong kedaulatan pangan lokal yang berbasis pada keragaman tanaman dan pangan endemik?

Bagi saya model pembangunan berbasis sawit menyederhanakan kompleksitas ekonomi lokal menjadi jalur tunggal yang rapuh dan eksploitatif. Saya menolak Tojo Una-Una dijadikan lahan eksperimen investasi ekstraktif.

Saya menolak gagasan bahwa kemakmuran hanya bisa datang dari komoditas global yang menyamar jadi “kerja ibu rumah tangga”, dan saya menolak narasi kemiskinan yang dipakai untuk membenarkan pembabatan hutan dan penghilangan kedaulatan rakyat atas tanahnya sendiri.

Penting saya tegaskan di sini: saya tidak membenci pembangunan. Saya juga tidak menolak investasi. Tapi saya percaya, pembangunan yang benar adalah pembangunan yang mendengarkan rakyat, menghormati alam, dan memastikan perempuan—tidak hanya disebut, tetapi dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Baca juga  Miliki Ribuan Anggota, Relawan IHLAS di Pilbup Touna Dukung Ahmad Ali Maju Pilgub Sulteng

Investasi yang benar bukan yang datang membawa alat berat dan skema penguasaan lahan, tapi yang datang dengan itikad baik, transparansi, dan menghormati hak-hak dasar komunitas lokal.

Kita tidak bisa lagi mengulang model pembangunan lama yang mengorbankan hutan, air, dan tanah demi pertumbuhan ekonomi yang semu. Jika investasi berarti menambah luka ekologis dan sosial, maka kita wajib menolaknya.

Jika pembangunan berarti menghilangkan daya hidup perempuan dan komunitas adat, maka kita perlu menyebutnya bukan sebagai pembangunan, tetapi perampasan.

Sebagai anak daerah saya mengajak seluruh masyarakat Tojo Una-Una untuk mempertanyakan secara kritis wacana “Kabupaten Sawit” ini. Jangan sampai atas nama slogan “BERANI Makmur”, justru kita kehilangan hutan, tanah, dan masa depan anak cucu kita.

Share :

Baca Juga

Akses Jalan Trans Sulawesi di Desa Podi, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una (Touna), kembali normal setelah terjadi longsor, Sabtu (25/01/2025)/Ist

Tojo Una-Una

TNI-Polri Bersihkan Material Longsor di Jalan Trans Sulawesi Desa Podi, Lalu Lintas Kembali Normal
Ketua Umum Badko HMI Sulteng, Alief Veraldhi/Instagram @aliefvrldhi

Opini

Menag Larang Penggunaan Pengeras Suara saat Ramadan, Badko HMI Sulteng: Sesat dan Menyesatkan
Koordinator Jatam Sulteng, Moh. Taufik/hariansulteng

Opini

100 Hari Anwar-Reny: Empat Catatan Kritis JATAM Sulteng
Ilustrasi Densus 88 Antiteror Polri/Ist

Poso

22 Terduga Teroris di Poso dan Ampana Telah Gelar Latihan Sebelum Ditangkap Densus 88
Ilustrasi - Kekerasan terhadap perempuan dan anak/Ist

Tojo Una-Una

Viral Siswi SMP Negeri 4 Tojo Diduga Jadi Korban Kekerasan Kepala Sekolah
Wakapolda Sulteng Brigjen Pol Hery Santoso melepas 22 unit mobil offroader di halaman Mapolda Sulteng, Jl Soekarno Hatta, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu Jumat (28/1/22) pagi.

Morowali

Sambut HUT ke 27, Polda Sulteng Jelajah Tanah Tadulako Dengan Mobil Offroad
Tim Rescue Pos SAR Luwuk melakukan pencarian terhadap Usman nelayan yang hilang saat memancing/istimewa

Tojo Una-Una

Pemuda Asal Ampana Touna Hilang Saat Pergi Mencari Ikan
Direktur Eksekutif Yayasan Tanah Merdeka, Richard Labiro/Ist

Opini

Yayasan Tanah Merdeka Respons Kunjungan Badko HMI Sulteng ke Balai Besar TNLL