HARIANSULTENG.COM, DONGGALA – Sejumlah mahasiswa magang dari berbagai kampus menggelar aksi bertajuk “Penanaman 2024 Propagul Mangrove” di Pulau Pangalasiang, Kecamata Sojol, Kabupaten Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Rabu (15/4/2024).
Mahasiswa yang terlibat aksi berasal dari Universitas Tadulako (Untad), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO), UTM dan UG.
Mahasiswa magang tersebut berada di bawah naungan Kemendikbudristek bekerja sama dengan PT Agraria Indonesia Berdaya yang bermitra dengan Yayasa Rumah Bahari Gemilang (Rubalang)
Aksi tersebut mereka lakukan untuk mengurangi efek gas rumah kaca sebagai respons atas pada kenaikan suhu rata-rata di bumi secara keseluruhan.
Dalam program magang ini, mahasiswa berhasil melakukan capaian kurikulum yakni social mapping dan problem solution terkait permasalahan yang ada.
Dari hasil pemetaan, mahasiswa serta masyarakat berinisiasi melakukan rehabilitasi mangrove sebanyak 2024 propagul.
Rehabilitasi mangrove sejalan dengan salah satu fokus utama PT Agraria Indonesia berdaya dan Rubalang yakni pengurangan gas rumah kaca dan perbaikan ekosistem laut atau fokus pada pembedahan konservasi alam.
Camat Sojol, Asram yang ikut serta mengatakan bahwa aksi ini bukan hanya program mahasiswa, tetapi juga bisa memotivasi masyarakat untuk mengantisipasi abrasi pantai.
“Harapannya ketika sudah selesai dilakukan penanaman, masyarakat dapat memelihara dan menjaga ketertiban hewan ternak agar program kali ini bisa menjadi harapan yang bermakna bagi masyarakat Pulau Pangalasiang,” ujarnya.
Rahma Tika Sari sebagai salah satu mahasiswa magang menilai rehabilitasi mangrove menjadi menarik karena dibantu oleh masyarakat sekitar.
“Kami langsung dibantu oleh masyarakat juga para siswa SD, SMP dan SMA serta peran aktif oleh mentor kami tentunya,” ucap Rahma.
Program penanaman mangrove sebelumnya pernah dilakukan di Pulau Pangalasiang, namun menemui persoalan terutama adanya hewan ternak yang dilepas liarkan.
Adapun kendala lain yakni penanaman yang tidak dilengkapi dengan alat pemecah ombak (APO), serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang ekosistem mangrove secara ekologis.
Olehnya sehari sebelum penanaman, mahasiswa bersama masyarakat Pulau Pangalasiang menggelar nonton bareng (nobar) yang berhubungan dengan penguatan literasi masyarakat mengenai mangrove.
(Jmr)