HARIANSULTENG.COM, DONGGALA – Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Donggala buka suara soal dugaan menghalang-halangi kerja jurnalis.
Kejadian itu dialami Sadam dari media online Likein.id ketika meliput pelatihan Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum) oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Donggala.
Kegiatan itu berlangsung di Palu Golden Hotel, Jalan Raden Saleh, Kota Palu, Sulawesi Tengah pada 11 Juli 2023.
Saat itu, Sadam merasa dihalang-halangi oleh Kepala Sub Bagian (Kasubag) Protokol Donggala, Fitri Yanti.
Setelah menanyakan asal media, Wanita akrab disapa Vivi itu disebut meminta Sadam untuk tidak menulis aneh-aneh dalam naskah pemberitaan.
Bahkan, Vivi juga sempat meminta agar Sadam memperlihatkan naskah yang ia tulis melalui handphone, namun ditolak sang jurnalis.
Sehari setelah itu, ia mengundang Sadam untuk bertemu sekaligus mengklarifikasi terkait kejadian tersebut.
“Saat itu saya tanya baik-baik Bapak dari media mana, teman saya juga menanyakan ada id card? Tetapi setelah itu dijawab ‘kenapa, saya tidak bisa meliput?'” kata Vivi menirukan percakapan dengan Sadam kala itu, Rabu malam (12/7/2023).
Mendengar hal itu, Vivi mengatakan kepada Sadam silahkan jika ingin meliput tetapi pemberitannya tidak dilebih-lebihkan.
Sebab, dirinya mendengar perkataan Sadam yang merasa dihalang-halangi oleh pihak Protokol Donggala.
Ia juga meminta Sadam untuk melapor terlebih dahulu ke pihak panitia sebelum mengambil gambar di lokasi kegiatan.
“Saya tidak larang meliput, silahkan. Hanya saja jangan ditambah-tambah atau dikurangi. Sebab ada kata menghalangi. Saya bilang boleh lihat hp-nya, bapak jawab ‘itu privasi saya’. Saya jawab iya kalau bisa jangan menulis menghalangi, karena kami tidak pernah menghalangi,” jelas Vivi.
Jika dianggap menghalangi, Vivi menyebut dirinya justru mempersilahkan jurnalis mewawancarai Bupati Donggala seusai kegiatan.
Terlepas dari hal itu, ia meminta maaf karena menilai permasalahan ini disebabkan adanya kesalahpahaman.
“Saya meminta maaf kalau ada salah. Kami tidak pernah menghalang-halangi, justru merasa terbantu oleh media,” kata Vivi.
Sementara itu, Sadam menyatakan kala itu membawa id card atau tanda pengenal namun tidak ditanya oleh Vivi.
Di sisi lain, ia merasa keberatan karena Vivi bertanya kepadanya dengan nada suara yang tinggi di tengah acara berlangsung.
“Ada id card, tapi Ibu tidak menanyakan. Kemudian suara Ibu keras sementara suasana acara khidmat,” katanya.
Terkait harus melapor ke pihak panitia, Sadam merasa selama ini aman-aman saja ketika meliput agenda pemerintahan.
Senada dengan Vivi, Sadam pun menyampaikan permohonan maaf dan keduanya berjabat tangan dalam pertemuan tersebut.
“Sebelumnya kami meliput aman saja, diberi ruang. Saya juga minta maaf, setiap protokoler mungkin berbeda-beda,” ucap Sadam. (Jmr)