Home / Poso / Sulteng

Kamis, 19 Juni 2025 - 15:36 WIB

SineNgata Melawat ke Poso; Membangkitkan Memori dan Membagikan Pengetahuan Baru

Suasana pemutaran film dalam program SineNgata di depan bioskop Nirmala, Poso (Sumber: Ejha/hariansulteng.com)

Suasana pemutaran film dalam program SineNgata di depan bioskop Nirmala, Poso (Sumber: Ejha/hariansulteng.com)

HARIANSULTENG.COM, POSO — Perjalanan SineNgata alias sinema kampung (ngata dalam bahasa Kaili) berlanjut ke Kota Poso, Selasa (17/6/2025). Berjarak sekitar 214 kilometer dari Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Saya diajak turut serta oleh Yusuf Radjamuda, pendiri Halaman Belakang Films, yang jadi inisiator program ini.

Sebelumnya program SineNgata sudah berlangsung di Gampiri Interaksi Lestari, Sigi (24/5), Rumah Tiara Coffee & Roastery, Palu (28/5), dan Gedung Kesenian Donggala (14/6).

Halaman Belakang Films sebagai rumah produksi yang eksis sejak 2006 menghadirkan SineNgata tak lain bertujuan untuk meningkatkan literasi sinema, memperkenalkan ruang alternatif bagi film lokal, serta mendorong kolaborasi antarkomunitas film di wilayah Sulawesi Tengah melalui pemutaran, diskusi, dan lokakarya.

Kehadiran SineNgata juga bagian dari ikhtiar merayakan perfilman dan menghidupkan kembali jejak-jejak film lokal Sulawesi Tengah.

Konsep sinema mikro yang fleksibel terasa pas untuk mengakomodir program SineNgata. Program ini jadinya bisa leluasa berpindah karena ruang pemutaran film berukuran lebih kecil.

Fokus microcinema memutarkan film-film independen, alternatif, atau film pendek juga lebih bisa mengakomodir para sineas asal Sulteng yang mayoritas menghasilkan film-film pendek dan eksperimental.

Usai pemutaran film, acara berlanjut dengan sesi diskusi, lokakarya, atau program lain yang berkaitan dengan film. Demikianlah bentuk sinema mikro SineNgata berkeliling.

Rombongan yang terdiri sembilan orang berangkat dari Palu sejak Senin, (16/6), sekira pukul 14.30 WITA, menggunakan tiga mobil. Selain saya, ketiga mobil berisikan Mohammad Ifdhal (sebagai ketua pelaksana), Adi Atmaja (programmer), Maulana Zain (proyeksionis), Andi Zulfiadi (instalatur), Halid Ilham (operator suara), M. Ismed Vam (teknisi), Andi Irawan (asisten produksi), dan Arifan (dokumentasi). Nama terakhir yang menampung kami di rumahnya yang lega.

Memilih Poso sebagai destinasi SineNgata juga terasa pas betul. Alasan pertama karena tempat berlangsungnya program ini di halaman bioskop Nirmala, satu dari tiga bioskop di “Bumi Sintuwu Maroso” yang hingga hari ini masih kelihatan gedungnya. Berbeda dengan Ramayana dan Beringin, dua bioskop lain di Poso, yang jejaknya kini sudah tak berbekas.

Termaktub dalam buku Sejarah Daerah Sulawesi Tengah (Departemen P&K, 1996), bioskop Nirmala hadir sejak 1956. Desain arsitekturnya khas art deco berupa penggunaan atap datar, bentuk fasad simetris, serta penggunaan garis vertikal yang tegas. Gaya desain ini sangat populer pada awal abad ke-20.

Tim dari Halaman Belakang Films melakukan instalasi pemasangan layar di depan bioskop Nirmala, Poso (Sumber: Ejha/hariansulteng.com)

Tim dari Halaman Belakang Films melakukan instalasi pemasangan layar di depan bioskop Nirmala, Poso (Sumber: Ejha/hariansulteng.com)

Alasan kedua memboyong SineNgata ke Poso, seperti disampaikan Mohammad Ifdhal, lantaran produksi film pendek pertama di Sulteng berasal dari Kota Eboni, julukan lain Poso. Judulnya Matahari di Mata Hati karya Saifullah Mechta yang rilis 2004.

Walhasil sinema menemukan destinasi terbaiknya di tempat ini. Pasalnya jika kita merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinema dipergunakan untuk menyebut film alias gambar bergerak. Bisa juga untuk menyebut nama lain bioskop atau gedung tempat pertunjukan film. Dus, tak ada alasan untuk tidak menghadirkan SineNgata di Tanah Poso.

Baca juga  NasDem Sulteng Target Sapu Bersih Kursi Pimpinan DPRD di Pemilu 2024

Kami sudah berada di lokasi acara yang beralamat di Jalan Ahmad Yani, Kasintuwu, Kecamatan Poso Kota Utara, sejak pukul 10.30 WITA. Menata segala keperluan untuk jalannya sesi pemutaran film dan diskusi.

Langit biru pertanda cuaca cerah memayungi kami. Usai segala keperluan produksi terpasang, tim yang mendapatkan sokongan dari beberapa teman warga Poso, termasuk Ipul—panggilan akrab Saifullah Mechta, mengisi waktu luang dengan melongok ke dalam kondisi bioskop Nirmala.

Kondisi bangunan tiga lantai itu masih tampak kokoh. Kursi-kursi penonton yang terbuat dari anyaman rotan teronggok di depan layar. Sebagian kursi masih tampak bagus, hanya sedikit berdebu. Pun deretan kursi yang mengisi bagian balkon. Estimasi saya, bioskop ini bisa menampung sekitar 350 orang penonton.

Beranjak ke lantai kedua yang merupakan ruangan operator alias proyeksionis, tak ada lagi yang tersisa kecuali beberapa lembar kertas dan potongan seluloid film usang berserakan di lantai.

Sementara lantai ketiga difungsikan sebagai kafe. Masih tersisa papan berisi daftar menu yang menggunakan ejaan lama. Contohnya pada menu tertulis tjoto makassar, soto ajam, dan air djeruk.

Tim kami juga berhasil menemukan salinan dokumen dengan kop bertuliskan “Sumbangan Wadjib Idzin Usaha” dengan titimangsa 17 November 1970. Tercantum nama Tjiang Kim Nang sebagai pemilik bioskop. Sungguh artefak penting.

Layar sudah terpasang dan deretan kursi sudah siap menyambut kedatangan warga Poso yang ingin menyaksikan program pemutaran film SineNgata (Sumber: Ejha/hariansulteng.com)

Layar sudah terpasang dan deretan kursi sudah siap menyambut kedatangan warga Poso yang ingin menyaksikan program pemutaran film SineNgata (Sumber: Ejha/hariansulteng.com)

Terangkaikan Sosialiasi Festival Film Tengah

Menjelang sore, suasana di halaman bioskop Nirmala perlahan makin ramai. Raynton Rare’a bersama teman-temannya dari Komunitas Tidak Production yang berbasis di Tentena sudah tiba.

Sementara beberapa warga sekitar usia paruh baya juga mulai datang mendekat. Mereka berbagi kisah tentang kenangan menonton film di bioskop Nirmala. Tampak sekali antusiasme dari raut wajah mereka. Setelah sekian lama, kata mereka, akhirnya ada aktivasi berkaitan film lagi di gedung yang dahulu menjadi tempat muda-mudi Poso mencari hiburan.

Acara pemutaran film dalam program SineNgata berlangsung usai salat Isya. Ada empat film yang ditayangkan; Jalan Pulang (2017), Momata (2024), Rotasi (2021), dan Memories from the Bomb (2022).

Halaman Belakang Films mengakomodasi kegiatan pemutaran ini dengan penggunaan layar berukuran 6×4,5 meter, proyektor dengan kecerahan 7000 lumens, dan tata suara 2000 watt.

Ketika acara bermula dengan sosialisasi Festival Film Tengah (FFT) usai salat maghrib, kursi-kursi yang disediakan sudah terisi penuh. Deretan terdepan penuh diisi anak-anak. Beberapa penonton bahkan rela menyimak sambil berdiri memenuhi trotoar.

Suguhan kopi dan teh panas bersama kudapan tersaji di atas meja untuk para penonton. Mereka menikmatinya sembari bercakap-cakap menunggu pemutaran film. Bagi saya, pengalaman ini seperti sensasi kala menikmati layar tancap di lapangan bola yang tak jauh dari rumah.

Baca juga  Pendaftar Anggota Polri di Sulteng Capai 1.795 Orang, Kapolda Pastikan Proses Seleksi Transparan

Terlebih pemutaran sempat henti sejenak karena gerimis yang makin deras. Misbar alias gerimis bubar. Klop betul pengalaman ini. Untungnya tak seberapa lama, pemutaran film kembali berlanjut. Tim berinisiatif memindahkan pemutaran ke teras bioskop menggunakan layar berukuran lebih kecil.

Mohammad Ifdhal selaku direktur festival dalam mukadimah sebelum acara mengatakan, FFT edisi perdana yang dijalankan oleh Sinekoci hadir untuk memaknai kebebasan dalam mengeksplorasi cara bercerita, bentuk karya, hingga ruang pemutaran film. Perasaan enggan mencipta karya lantaran selama ini memahami bentuk film secara kaku harus dijauhkan karena hanya akan mengekang.

Sekadar pengingat, FFT yang dijadwalkan berlangsung 6—10 Agustus 2025 di Museum Provinsi Sulawesi Tengah, Jalan Kemiri, Kamonji, Kecamatan Palu Barat, masih terbuka bagi peserta yang ingin mendaftar hingga 30 Juni.

Karya-karya yang ingin diikutkan bisa berupa film, video, atau karya audio visual apa pun, mulai dari fiksi, nonfiksi, dokumenter, eksperimental, video musik, video performance, dan tawaran bentuk audio visual lainnya.

Melanjutkan sesi pemutaran berlanjut diskusi di teras bioskop Nirmala, Poso (Sumber: Ejha/hariansulteng.com)

Melanjutkan sesi pemutaran berlanjut diskusi di teras bioskop Nirmala, Poso (Sumber: Ejha/hariansulteng.com)

Bertaut-kelindan dengan memaknai ragam film dalam FFT, SineNgata memutarkan film-film dengan eksplorasi lentur terhadap bentuk dan gaya penceritaan, termasuk empat film yang dihadirkan di Poso kali ini.

Film Jalan Pulang karya Arifuddin Lako dari Rumah Katu Production yang berbasis di Poso menghadirkan bentuk fiksi. Ceritanya linear. Pun suguhan dokumenter Momata karya Raynton Rare’a dari Komunitas Tidak Production asal Tentena.

Eksplorasi terhadap bentuk dan teknik penceritaan yang kontras dibandingkan film kebanyakan terlihat saat pemutaran Rotasi dan Memories from the Bomb.

Film pendek Rotasi, misalnya, hadir dalam rupa vertical cinema tanpa dialog. Sedangkan Memories from the Bomb atau Kenangan dari Dentuman arahan Edward Tramaseur termasuk dalam still image short film. Film untuk tugas kampus ini tersusun dari foto-foto hitam putih. Ada suara narator dan dialog kedua tokohnya mengiringi sepanjang film yang berdurasi sekira 10 menit.

Ray dan Brur, panggilan akrab Arifuddin Lako, saat hadir mengisi diskusi usai pemutaran film kompak mengaku mendapatkan pengetahuan baru.

“Ada film begini ee. Semacam mematahkan pemahaman awal kami tentang film, terutama soal resolusi dan format. Selama ini kami tiap mau bikin film takut duluan karena terkendala dengan alat yang belum terlalu canggih. Ternyata masih ada harapan untuk kami bikin film,” ungkap Ray.

“Pengetahuan baru untuk saya. Ternyata ada film yang vertikal. Ada juga yang tersusun dari photo story,” sambung Brur.

Yulning Mayangsari, salah seorang penonton, kepada hariansulteng.com mengaku senang dengan kehadiran SineNgata dan sosialisasi FFT di Poso.

“Acara ini sangat menarik dan membuka mata kami tentang apa itu film. Harapan saya acara seperti ini ada keberlanjutannya, jangan cuma berhenti sampai di sini. Tentang kehadiran FFT, tentu kami sangat senang. Karena itu akan menjadi wadah teman-teman penyuka film atau audio visual di Poso untuk menyalurkan karya mereka,” kata Maya, panggilan karibnya.

Program SineNgata masih akan hadir memeriahkan Ramporame Festival (21—23 Juni) dan Festival Danau Lindu (3—5 Juli). Tentu saja memutarkan film-film dengan judul dan bentuk berbeda lagi.

(Ejha)

Share :

Baca Juga

Kasubbid Penmas Polda Sulteng, Kompol Sugeng Lestari/Ist

Donggala

Polda Sulteng Limpahkan Berkas Perkara Korupsi TTG Donggala ke Kejaksaan
Habib Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua)/Ist

Palu

Pemerintah Indonesia Akui Status Kewarganegaraan Guru Tua
Polisi mengamankan 2 orang terduga pelaku pungli terhadap sopir rental di Jalan Trans Sulawesi, Kelurahan Pantoloan, Kota Palu, Selasa (25/6/2024)/hariansulteng

Palu

Viral Dugaan Pungli ke Sopir Rental di Pantoloan, Polisi Amankan 2 Orang
Ratusan narapidana (napi) dan tahanan di Rutan Kelas IIA Palu menggunakan hak pilih mereka di hari pencoblosan Pemilu 2024, Rabu (14/2/2024)/hariansulteng

Palu

Ratusan Napi dan Tahanan Salurkan Hak Pilih di TPS Rutan Palu
Ilustrasi - Gantung diri/Ist

Palu

Warga Petobo Geger, Seorang Pria Ditemukan Tewas Gantung Diri
Seorang pemuda bernama Rendi (20) ditemukan tewas mengapung di Teluk Palu, Jumat (7/4/2023)/Ist

Palu

Korban Tenggelam di Teluk Palu Ditemukan Tewas Terapung
PT Citra Palu Minerals (CPM)/Ist

Palu

CPM Tegaskan AKM Bekerja Sesuai Koridor Hukum
Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng), Irjen Rudy Sufahriadi kembali melaksanakan 'Jumat Curhat' untuk kali kedua, Jumat (6/1/2023)/Humas Polda Sulteng

Sulteng

Jumat Curhat, Kapolda Sulteng Terima Keluhan Masyarakat Soal Aktivitas Tambang Hingga Korupsi