Setahun kemudian, Guru Tua mendirikan Madrasah Alkhairaat di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Nama Alkhairaat dipilih Guru Tua sesuai dengan nama madrasahnya di tanah kelahirannya di Taris, Yaman.
Sejak itu, Guru Tua berhasil mengembangkan Alkhairaat ke sejumlah wilayah lainnya di Sulawesi, Kalimantan hingga Irian Jaya.
“Wahai sekalian penduduk Palu. Alkhairaat itu ibu kamu yang mengajar orang-orang untuk mempunyai tujuan dan kemauan. Alkhairaat telah menjadikan bumimu dipenuhi ilmu. Banyak dari berbagai penjuru datang untuk menimba pengetahuan.
“Sebelumnya tidak ada seorangpun yang mengenalnya. Sekarang ini telah terkenal melebihi negeri-negeri yang lain,” tutur Habib Alwi saat membacakan syair Guru Tua.
Sambil sesekali terisak, Habib Alwi menceritakan saat Guru Tua menjelajah hingga ke wilayah pelosok dan pedalaman.
Tak jarang Guru Tua menaiki sampan, gerobak hingga berjalan jika tak ada kendaraan demi menyiarkan pengetahuan Islam.
“Habib Idrus (Guru Tua) selalu tabah dalam mengarungi pelayaran itu, tak peduli risiko yang mengintainya. Beliau merelakan apa saja meski jiwanya sekalipun,” kata Habib Alwi.
Selama kurang lebih 40 tahun berdakwah di Bumi Tadulako, ulama besar itu menghebuskan nafas terakhir pada 22 Desember 1969.
Sepeninggal Guru Tua, pengembangan Alkhairaat terus dilanjutkan oleh para keturunannya hingga saat ini dikenal sebagai lembaga pendidikan agama Islam terbesar di Kawasan Timur Indonesia.
“Di rumah sederhana yang diapit masjid dan madrasah yang dibangunnya di Palu, menjadi saksi dan tempat berhembusnya roh suci mujahid agung, Habib Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua). Setelah memberikan pelayanan terbaik bagi umat Islam, beliau berpulang ke rahmatullah,” ujar Habib Alwi dengan suara terisak (Agr)