Home / Opini

Selasa, 28 Juni 2022 - 16:44 WIB

Legenda Ahmad Tohari Sastrawan Dan Budayawan yang Dituduh Komunis

LEGENDA AHMAD TOHARI SASTRAWAN DAN BUDAYAWAN YANG DITUDUH KOMUNIS

LEGENDA AHMAD TOHARI SASTRAWAN DAN BUDAYAWAN YANG DITUDUH KOMUNIS

Tohari mengemukakan dan memberikan ide serta masukannya kepada generasi muda saat ini, sebab ia melihat generasi muda saat ini tidak lagi mempunyai wadah dalam ajang menulis cerpen dan sudah banyak dari generasi saat ini yang tidak lagi membaca buku.

Ahmad Tohari adalah sosok budayawan dan sastrawan yang sangat aktif untuk terus melestarikan kebudayaan lokal di kotanya. Ia juga melestarikan bahasa lokal di daerahnya dengan menuliskan artikel – artikel di surat kabar lokal sampai dengan sekarang, walaupun dirinya tidak lagi menulis novel.

Tohari pun menuturkan bahwa novelis muda saat ini jangan hanya menuliskan tentang percintaan namun juga sisipkan tentang edukasi tentang sejarah, ataupun hal yang lainnya sehingga masyarakat yang membaca bisa cerdas dan tidak cengeng.

Baca juga  Dari Pekarangan ke Perlawanan: Menolak 'Kabupaten Sawit' di Tojo Una-Una

Kiat dan tips agar bisa menjadi penulis yang handal adalah jangan pernah takut gagal, teruslah membaca dan menulis agar wawasan menjadi terbuka dan menambah ilmu pengetahuan.

Alasan dalam mengangkat profil Ahmad Tohari, lantaran sosoknya yang memberikan dedikasi lewat ilmu tulis menulisnya sampai dengan saat ini. Walaupun Tohari sudah merasa bahwa karyanya akan terus ada sampai dengan nanti, namun kondisinya yang sudah tidak sehat lagi. Tekatnya yang patut dijadikan teladan karena tetap menjunjung tinggi serta terus melestarikan bahasa daerahnya. Tujuannya agar anak – anak atau generasi muda tidak lupa dengan bahasa sebagai akar kebudayaan guna menunjukan jati diri dan identitas bangsa.

Penghargaan

– Cerpen jasa – jasa buat Sanwirya mendapat hadiah hiburan sayembara Kincir Emas yang diselenggarakan oleh Radio Nederlands Wereldomroep (1975).

Baca juga  Solusi Penciutan Lahan di Tengah Polemik Kontrak Karya vs Kepentingan Rakyat

– Novel Kubah (1980) memenangi hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1980.

– Novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jentera Bianglala (1986) meraih hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1986.

– Novel Di Kaki Bukit Cibalak mendapat hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun (1979).

– Hadiah Sastra Asean, SEA Write Award (1995).

– Hadiah Sastra Rancage (2007).

Disclaimer

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share :

Baca Juga

Advokat Chayadi Kantor Hukum Tepi Barat and Associates, Ruklu Chayadi/Ist

Opini

Helm Hilang di Parkiran RS Woodward: Menggali Tanggung Jawab yang Tak Bisa Dielak
Stevi Rasinta dari Perempuan Mahardhika Palu (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Opini

100 Hari Anwar-Reny: Di Mana Program BERANI untuk Perempuan dan Pekerja?
Risharyudi Triwibowo. (Foto: Istimewa)

Nasional

Peringati Hari Buruh: Tingkatkan Keselamatan, Kesehatan dan Kompetensi Kerja
Koordinator Jatam Sulteng, Moh. Taufik/hariansulteng

Opini

100 Hari Anwar-Reny: Empat Catatan Kritis JATAM Sulteng
Advokat Kantor Hukum Tepi Barat and Associates, Rukly Chayadi/Ist

Opini

Ribut-ribut Tambang Ilegal PT AKM: Ketidaktegasan Polri Malah Menambah Masalah
Ketua Umum Badko HMI Sulteng, Alief Veraldhi/Instagram @aliefvrldhi

Opini

Menag Larang Penggunaan Pengeras Suara saat Ramadan, Badko HMI Sulteng: Sesat dan Menyesatkan
Direktur Eksekutif Yayasan Tanah Merdeka, Richard Labiro/Ist

Opini

Merespons Situasi Terkini Ibu Kota Nusantara dari Perspektif Kelas Sosial
Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako, Muhammad Sabri Syahrir/Ist

Opini

Refleksi Hari K3 Internasional