Tohari mengemukakan dan memberikan ide serta masukannya kepada generasi muda saat ini, sebab ia melihat generasi muda saat ini tidak lagi mempunyai wadah dalam ajang menulis cerpen dan sudah banyak dari generasi saat ini yang tidak lagi membaca buku.
Ahmad Tohari adalah sosok budayawan dan sastrawan yang sangat aktif untuk terus melestarikan kebudayaan lokal di kotanya. Ia juga melestarikan bahasa lokal di daerahnya dengan menuliskan artikel – artikel di surat kabar lokal sampai dengan sekarang, walaupun dirinya tidak lagi menulis novel.
Tohari pun menuturkan bahwa novelis muda saat ini jangan hanya menuliskan tentang percintaan namun juga sisipkan tentang edukasi tentang sejarah, ataupun hal yang lainnya sehingga masyarakat yang membaca bisa cerdas dan tidak cengeng.
Kiat dan tips agar bisa menjadi penulis yang handal adalah jangan pernah takut gagal, teruslah membaca dan menulis agar wawasan menjadi terbuka dan menambah ilmu pengetahuan.
Alasan dalam mengangkat profil Ahmad Tohari, lantaran sosoknya yang memberikan dedikasi lewat ilmu tulis menulisnya sampai dengan saat ini. Walaupun Tohari sudah merasa bahwa karyanya akan terus ada sampai dengan nanti, namun kondisinya yang sudah tidak sehat lagi. Tekatnya yang patut dijadikan teladan karena tetap menjunjung tinggi serta terus melestarikan bahasa daerahnya. Tujuannya agar anak – anak atau generasi muda tidak lupa dengan bahasa sebagai akar kebudayaan guna menunjukan jati diri dan identitas bangsa.
Penghargaan
– Cerpen jasa – jasa buat Sanwirya mendapat hadiah hiburan sayembara Kincir Emas yang diselenggarakan oleh Radio Nederlands Wereldomroep (1975).
– Novel Kubah (1980) memenangi hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1980.
– Novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jentera Bianglala (1986) meraih hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1986.
– Novel Di Kaki Bukit Cibalak mendapat hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun (1979).
– Hadiah Sastra Asean, SEA Write Award (1995).
– Hadiah Sastra Rancage (2007).
Disclaimer