HARIANSULTENG.COM, PALU – Korban persetubuhan 11 pria di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) hingga kini masih menjalani perawatan intensif oleh tim dokter.
Sebagai bentuk dukungan moril, Gerakan Perempuan Bersatu Sulawesi Tengah (GPB Sulteng) mengirimkan karangan buka ke tempat korban dirawat di RSUD Undata, Kota Palu.
Selain karangan bunga, GPB Sulteng juga mengirimkan buah-buahan berisi ucapan doa dan semangat bagi korban.
Karangan bunga dan makanan sebagai ‘kado cinta’ dari para aktivis perempuan itu diterima langsung Direktur RSUD Undata, drg Herry Mulyadi.
Manajemen rumah sakit belum mengizinkan pihak luar menemui langsung korban karena dalam pengawasan ketat untuk proses pemulihan.
“Kami berdiri sepenuhnya bersama korban. Korban tengah berjuang melawan rasa sakit akibat kekerasan seksual yang dilakukan 11 pria. Bahkan ia terancam kehilangan rahim di usia remaja,” ucap Juru Bicara GPB Sulteng, Dewi Rana.
Demi menyatakan lebih fokus terhadap pemulihan korban ketimbang memperdebatkan kasus tersebut termasuk pemerkosaan atau persetubuhan.
Meskipun, Kapolda Sulteng, Irjen Agus Nugroho sebelumnya menegaskan bahwa kasus ini merupakan persetubuhan karena tidak ada unsur paksaan maupun ancaman.
Kendati demikian, Dewi menyebut apapun istilahnya perkara ini bagian dari kekerasan seksual terlebih korbannya merupakan anak di bawah umur berusia 15 tahun.
“Ini bagian kekerasan seksual sesuai Undang-Undang TPKS. Kami mengapresiasi kepolisian telah menetapkan 7 tersangka walau 3 orang lainnya masih buron. Kami akan mengawal kasus ini sampai tuntas,” terangnya.
Selain mengawal proses hukum, GPB Sulteng memastikan ikut dalam proses pemulihan kesehatan dan psikis korban.
Setelah mengirim karangan bunga, GPB juga berencana melakukan aksi menyalakan lilin di halaman RSUD Undata pada Sabtu malam (3/5/2023).
“Tidak mudah bagi korban kekerasan seksual atas apa yang ia alami. Tentu kami berharap adik R (korban) segera sembuh dan bisa menceritakan semuanya,” kata Direktur SKP-HAM Sulteng, Nurlaela Lamasitudju. (Bal)