HARIANSULTENG.COM, PALU– Direktur Samapta Polda Sulteng AKBP Richard B Pakpahan menerima langsung dua ekor Satwa Turangga berupa Kuda beserta perlengkapannya.
Penyerahan dua ekor kuda itu dilakukan oleh Dirpolsatwa Korsabhara Baharkam Polri.
Berlangsung di Markas Polda Sulteng, Jl Soekarno Hatta, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Kamis (9/6/2022) pagi.
AKBP Richard B Pakpahan menuturkan, dua satwa turangga itu didatangkan langsung dari Jakarta.
Proses pengiriman dua ekor kuda ini melalui kapal laut menuju Makassar.
Selanjutnya, dari Makassar melalui jalur darat dengan menggunakan kendaraan khusus.
Kemudian tiba di Kota Palu pada hari Minggu, (5/6/2022) siang.
“Dua ekor Satwa Turangga berupa Kuda tersebut didatangkan langsung dari Jakarta (Korsabhara Baharkam Polri),” ungkap AKBP Richard B Pakpahan.
AKBP Richard B Pakpahan menyebut, dua ekor Satwa Turangga (Kuda) yang diterima bernama Ferdinand B, umur 12 tahun, tinggi 165 cm.
Kemudian Medinas’s Boy, umur 10 tahun, tinggi 165 cm.
“Kedua ekor Satwa Turangga (Kuda) tersebut berkelamin jantan, memiliki warna kulit coklat, jenis ras wormblood, berkemampuan tunggang dan berasal dari negeri kincir angin (Negara Belanda),” sebut AKBP Richard B Pakpahan.
Aswasada Aiptu Rudi menjelaskan, kuda ini diperuntukkan untuk pertahanan, bukan seperti kuda jenis breeding stable atau horse ranch lain, yang biasanya untuk lomba
Sehingga kudanya lebih cantik dan ganteng.
Kuda di Samapta diperuntukkan dalam tugas penjagaan, patroli dan pengawalan, dalmas (pengendalian massa) dan SAR.
“Sesuai tupoksi, penjagaan sama dengan pengamanan saat ada kegiatan, membantu kewilayahan patroli. Membantu patroli wilayah dalam hal ini untuk mencegah dan menangkap gangguan kamtibmas. Semisal dalam kasus perampasan, paling tidak kuda mampu menghilangkan niat orang berbuat jahat,” jelas Aiptu Rudi.
Aiptu Rudi menambahkan, kuda sebagai tugas pengawalan, bisa dipakai saat rangkaian protokoler.
Pasukan protokoler berkuda biasanya menggunakan pakaian khusus.
Namun kini, kuda sudah jarang dipakai untuk pengawalan, tergantikan oleh vooridjer.
Dari segi keamanan lebih cepat dan mudah menembus, maka pengawalan dengan kuda sudah jarang dipakai.
Kuda Dalmas merupakan kuda yang bertugas untuk pengendalian massa. Contoh unjuk rasa, bertugas untuk mengurai massa.
“Jika massa tidak mau mundur, kuda diturunkan maka otomatis kumpulan tersebut minggir sendiri. Atau ketika pengamanan pertandingan bola yang terkadang ricuh, agar massa terurai maka kuda diturunkan, karena massa yang berkelompok cenderung lebih berani,” terang Aiptu Rudi.
Sementara itu, kuda untuk bantuan SAR hanya digunakan pada zaman dahulu, beberapa tahun belakangan ini tidak pernah digunakan kembali.
Sebelum ada mobil canggih, untuk daerah bencana di pegunungan biasanya kuda diterjunkan untuk mengambil korban.
Namun kini telah bergeser ke mobil dan helikopter. (Nhr)