HARIANSULTENG.COM – Penyintas bencana bersama sejumlah elemen masyarakat menggelar demonstrasi di depan Kantor Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa (27/9/2022).
Selain memperingati Hari Tani Nasional, aksi ini mereka lakukan dalam menyambut 4 tahun pascagempa dan tsunami.
Sejak bencana terjadi pada 28 September 2018, hingga saat ini masih banyak penyintas tinggal di hunian sementara (huntara).
Organisasi Celebes Bergerak mencatat, terdapat 3.986 korban bencana belum juga mendapatkan hunian tetap (huntap).
“Huntara kami sudah hancur dan tidak karu-karuan. Teman-teman kami (penyintas) sudah banyak yang mati. Apakah pemerintah tahu hal itu, tentu saja tidak. Itulah suara hati kami,” kata seorang penyintas, Sri Tini Haris.
Sri merupakan penyintas di huntara kawasan Hutan Kota, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Di tengah kesulitan hidup penyintas, ia menyayangkan pemerintah justru menggelontorkan dana hibah Rp 14 miliar untuk sebuah acara organisasi.
“Kami minta uang Rp 14 miliar itu bukan untuk oknum-oknum tertentu. Bagikan ke penyintas yang memang berhak. Kami banyak kelaparan,” ungkap Sri.
Ungkapan serupa juga turut disampaikan Amir Dm dari Celebes Bergerak sekaligus penyintas di Kabupaten Sigi.
Menurutnya, besarnya anggaran hibah untuk satu organisasi sangat tidak tepat ketika pemenuhan hak-hak penyintas belum sepenuhnya tuntas.
“Ingat sumbernya ini APBD, uang rakyat. Di mana logika pemerintah sementara yang punya uang menderita karena bencana. Bantuan Rp 14 miliar itu harus dihentikan. Kami tidak membenci organisasinya, tapi silahkan cari dana lain,” ujar Amir. (Sub)