HARIANSULTENG.COM, PALU – Tiga tahun sudah Dian bertahan di shelter pengungsian atau hunian sementara (huntara) Kelurahan Layana Indah, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.
Selama itu pula, Dian menghidupi keempat anaknya seorang diri setelah ditinggal sang suami.
Bahkan ia mengaku belum mengetahui kepastian pemberian hunian tetap (huntap) dari pemerintah pascagempa danĀ tsunami 2018 silam.
“Saya hanya minta kejelasan, kami terus-terusan dijanji. Saya ini janda, anak saya empat masih kecil-kecil. Gaji saya cuma dua ratus ribu,” kata Dian sambil menghapus air mata dari wajahnya, Sabtu (1/1/2021).
Dian berharap diizinkan untuk membangun hunian di pesisir pantai andai pemerintah tak juga memberikan huntap.
Sebab, warga di Huntara Layana Indah mendengar desas-desus akan dilakukan penggusuran di permukiman mereka.
Dian pun mengungkapkan kekecewaannya terhadap Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid dan Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdy Mastura.
Dian mengatakan, saat mencalonkan diri sebagai kepala daerah, keduanya berjanji akan memenuhi hak-hak para penyintas.
“Kalau memang tidak menyediakan huntap, izinkan kami tinggal di tempat kami yang dulu di pinggir pantai. Kami bangun pondok-pondok. Karena isunya huntaranya kami bakal dibongkar,” tuturnya.
“Jika huntara dibongkar, saya bersama anak-anak tinggal di mana? Kalau tidak percaya, silahkan turun dan lihat kondisi kami. Mana janji bapak sebelum naik sebagai gubernur dan wali kota,” kata Dian. (Agr)