HARIANSULTENG.COM, PALU – Ilham (26) mengingat dengan jelas saat ia melihat banyaknya penonton yang pingsan di malam penutupan Semarak Sulteng Nambaso.
Pada hari terakhir penyelenggaraannya, Senin (12/05/2025), kehadiran NDX AKA memantik euforia penonton yang berlebihan.
Sebagian penonton yang ambruk dibawa ke tenda. Namun tak sedikit pula yang harus diangkut keluar dari Lapangan Imanuel Palu menuju rumah sakit.
“Penonton membludak dan berdesak-desakan. Saya awalnya antusias untuk menyaksikan artis yang datang. Namun karena kondisinya seperti itu, saya tidak tahan, susah bernapas. Ingin keluar tapi tidak bisa bergerak,” kata Ilham.
Gelaran konser musik gratis perayaan HUT Sulawesi Tengah (Sulteng) ke-61 malam itu, penuh sesak. Nyaris tak ada celah di antara kerumunan.
Penikmat musik yang tak kebagian tempat bahkan memanjat pohon demi bisa menyaksikan penampilan artis idolanya.
Tak ada yang mencegah aksi nekat penonton ini. Pembawa acara (MC) seolah menganggap pemandangan itu merupakan hal biasa ketika menonton konser.
“Liat ada di atas pohon, paling ujung. Ya ampun kirain kuntilanak. Untung dia tidak pakai baju putih. Kayaknya dia ba pongko memang ini,” ucap MC dari atas panggung.
Lalu lintas di depan Lapangan Imanuel pun tak kalah padat. Setelah membayar parkir Rp5 ribu-Rp10 ribu, pengunjung memarkir kendaraan di bahu jalan.
“Saya sebelumnya juga datang ke sini menonton konser, tapi tidak ada melihat banyak penonton yang jatuh pingsan begini,” ungkap Ilham.
Ketidakjelasan EO dan Mitigasi Risiko Event
Rangkaian acara Semarak Sulteng Nambaso rutin dibagikan melalui media sosial Instagram @semaraksulteng2025.
Dari setiap postingan, tidak terlihat logo maupun nama perusahaan event organizer (EO) resmi yang ditunjuk Pemprov Sulteng.
Kami mewawancarai salah satu pelaku EO di Kota Palu yang bermitra dengan salah satu OPD di event Semarak Sulteng Nambaso.
Atas alasan tertentu, sumber meminta identitas diri dan instansi yang menjadi kliennya tidak disebutkan.
“Saya tidak mengetahui pasti EO acara secara keseluruhan. Di event ini kami hanya menjadi pihak ketiga salah satu OPD, termasuk mengelola anggaran untuk kebutuhan di mini stage,” ujar sumber.
Akan tetapi, sumber menambahkan, dirinya bertemu dengan orang yang mengaku EO Semarak Sulteng Nambaso.
“Ada orang yang mengaku EO. Kami bertemu di lokasi acara. Tapi saya tidak mengenalnya, bisa jadi dari luar. Karena pelaku EO profesional di Sulteng pasti saling mengenal,” ucapnya.
Sumber berpendapat, ketidakjelasan EO dalam Semarak Sulteng Nambaso malah mengaburkan tanggung jawab penyelenggara atas risiko yang terjadi selama pelaksanaan event.
“Bagaimana menghadapi lonjakan penonton, atau ketika terjadi gempa? Kalau EO-nya saja tidak jelas, siapa yang bertanggung jawab bila terjadi hal-hal buruk? EO mesti mengidentifikasi potensi dan memitigasi risiko yang mungkin terjadi,” terang sumber.
Pemprov Sulteng diketahui telah membentuk kepanitiaan Semarak Sulteng Nambaso yang dipimpin Faidul Keteng.
Saat ditemui di ruangannya, Kamis (15/05/2025), Faidul menyatakan pihaknya turut menggandeng jasa EO untuk menggarap event konser memperingati hari jadi Sulteng tersebut.