HARIANSULTENG.COM – Sejumlah massa tergabung dalam forum Call for Justice Sulawesi Tengah (Sulteng) melakukan aksi teatrikal sebagai bentuk kritik terhadap Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali.
Aksi teatrikal ini berlangsung damai di depan Gedung DPRD Sulteng, Jalan Sam Ratulangi, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Jumat (18/11/2022).
Presidensi KTT G20 di Pulau Bali pada 15 – 16 November 2022 lalu mengangkat 3 isu strategis, yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital dan transisi energi.
Namun Call for Justice Sulteng menilai pertemuan akbar para pemimpin negara ekonomi terbesar dunia itu sebagai langkah untuk memajukan liberalisme ekonomi dan politik.
Sehingga tak heran G20 bersinergi dengan lembaga-lembaga keuangan dunia bercorak liberal seperti Bank Dunia dan Lembaga Moneter Internasional (IMF).
“Agenda utama G20 untuk meloloskan projek neoliberalisme melalui skema pinjaman kepada para pemodal yang ingin menanamkan investasi terkait perubahan iklim,” kata Richard Labiro, seorang massa aksi Call for Justice dalam orasinya.
Call for Justice Sulteng pun mengecam aksi pembungkaman hak menyampaikan pendapat menjelang maupun selama perhelatan KTT G20 di Bali.
Menurut Richard, jika prinsip keadilan dan demokrasi hilang, maka pengembangan energi terbarukan tak ada bedanya dengan penguasaan segelintir elit terhadap sumber daya alam.
Ia pun mencontohkan saat CEO Tesla sekaligus orang terkaya dunia, Elon Musk mengenakan Batik Bomba asal Sulteng saat jadi pembicara di KTT B20.
Bos perusahaan mobil listrik itu mengisi sesi summit 1-on-1 dengan tema Navigating Future Disruption of Global Technological Innovation.
“Elon Musk memakai Batik Bomba, artinya dia mengklaim telah menguasai sumber daya alam di Sulawesi Tengah. Dia akan mendapatkan katoda sebagai sumber baterai listrik untuk digunakan pada kendaraan listrik,” terang Richard.
Seperti diketahui, Tesla telah teken kontrak pembelian nikel dari dua perusahaan Indonesia mencapai US$ 5 miliar atau setara Rp 74,5 triliun.
Adapun lokasi tepatnya untuk nikel yang dikontrak Tesla yakni di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Sementara itu, koordinator aksi, Tulus Hakim menganggap KTT G20 di Indonesia justru sebagai bentuk ketidakberpihakan negara terhadap rakyatnya sendiri.
“Kuat bersama dan pulih lebih kuat hanyalah jargon semata dari G20. Transisi energi sekedar ilusi dan wacana pemerintah. Seperti hadirnya PLTA yang dianggap untuk menghindari penggunaan energi fosil, namun tetap membawa derita bagi masyarakat sekitar Danau Poso. Belum lagi di sektor pertambangan. G20 solusi palsu krisis iklim,” ujar Tulus. (Sub)