HARIANSULTENG.COM, PARIMO — Aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, yang terus berjalan turut menjadi perhatian Longki Djanggola. Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Sulteng itu bahkan menduga adanya keterlibatan aparat penegak hukum (APH) sebagai bekingan.
Longki secara blak-blakan menyampaikan sejumlah oknum APH yang mengenakan seragam coklat maupun hijau diduga terlibat dalam membekingi aktivitas PETI di wilayah Kayuboko dan beberapa lokasi lainnya.
“Saya menduga ada oknum-oknum yang membekingi PETI di Kayuboko maupun di tempat lain. Itu pengamatan saya. Apakah itu oknum berbaju coklat atau hijau, itu sama saja,” ujar Longki saat bicara kepada media di Parigi, Selasa (17/6/2025).
Dugaan itu menguat setelah Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sulteng dan Polres Parigi Moutong), Kamis (22/5), tidak menemukan aktivitas PETI di Kayuboko, Kecamatan Parigi Barat. Diduga informasi operasi tersebut bocor. Longki mempertanyakan siapa yang bisa membocorkan informasi itu selain kalangan internal APH.
Ia menambahkan pula, dugaan keterlibatan oknum APH tersebut juga mencakup perlindungan terhadap keberadaan warga negara asing (WNA) asal Tiongkok yang terlibat dalam aktivitas tambang ilegal di daerah tersebut.
“Yang mendatangkan orang asing itu adalah mereka-mereka yang membekingi. Bukan orang asing itu datang sendiri, ada yang memfasilitasi,” katanya.
Longki, mantan Bupati Parigi Moutong dua periode, meminta pemerintah daerah bersikap lebih tegas. Ia mendorong Bupati Parigi Moutong, Erwin Burase, untuk segera mengambil langkah nyata dalam menghentikan aktivitas PETI di wilayahnya.
“Saya sarankan agar Pak Erwin berkonsultasi dengan Kapolda Sulteng dan Danrem 132/Tadulako untuk menindak oknum-oknum yang terlibat. Kalau tidak, akan sulit memberantas PETI,” tegas Longki.
Dalam kesempatan tersebut, Longki menilai kondisi PETI di Parigi Moutong saat ini jauh lebih parah dibandingkan masa kepemimpinannya. Dahulu aktivitas tambang masih menggunakan cara tradisional seperti dulang, sedangkan kini sudah berkembang menjadi tambang besar dengan penggunaan alat berat.
(Fandy)