HARIANSULTENG.COM, PALU – Mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rahma Dani Dewi mengkritik cara Pemerintah dalam menangani bencana di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Rahma menuturkan, besarnya dampak bencana 2018 silam akibat dari kegagalan pemerintah dalam memitigasi.
“Buruknya mitigasi menjadi penyebab banyaknya korban jiwa terutama perempuan,” ujarnya dalam webinar bertajuk ‘Kaum Muda Sebagai Pelopor Penanggulangan Risiko Bencana’, Minggu (21/11/2021).
Selain kuliah, Rahma juga saat ini menjabat sebagai Direktur Internal Yayasan Sikola Mombine.
Sikola Mombine merupakan organisasi berbadan hukum yayasan yang didirikan di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Organisasi ini fokus terhadap pendidikan, pengorganisasian dan advokasi hak-hak perempuan yang termarjinalkan.
Sikola Mombine mencatat, jumlah korban meninggal maupun hilang akibat gempa disertai tsunami di Palu tiga tahun lalu mencapai 1.958 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.083 atau 55,3 persen korban berjenis kelamin perempuan.
“Korban bencana kebanyakan dari perempuan. Data ini kami kumpul dari 46 kelurahan se-Kota Palu,” ungkap Rahma.
Menurutnya, buruknya penanganan bencana juga berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan korban terkhusus perempuan.
Ia mencontohkan pembangunan shelter pengungsian yang tidak responsif gender bagi para korban bencana.
Bahkan kata Rahma, masalah ini sudah beberapa kali disoroti oleh lembaga perempuan lainnya di Sulawesi Tengah.
“Perempuan butuh sekat atau ruang privasi. Contoh kecil untuk berganti pakaian, menyusui, berhijab maupun aktivitas perempuan lainnya. Pembangunan shelter kerap mengabaikan hal-hal ini,” tutur mahasiswi S2 Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan UGM tersebut.(hs)