HARIANSULTENG.COM, PALU – Massa mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) menggelar aksi bisu atau tutup mulut, Senin (31/7/2023).
Aksi yang berlangsung di depan Gedung Rektorat Untad itu sebagai bentuk protes terhadap kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) mahasiswa.
Diketahui, Untad belum lama ini mengumumkan besaran UKT bagi mahasiswa angkatan 2023 secara sama rata alias tak lagi berdasarkan kemampuan finansial orangtua.
Setelah beberapa saat berdiri di bawah terik matahari sambil membentangkan spanduk tuntutan, massa mahasiswa ditemui Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Untad, Sagaf.
Juru bicara Aliansi Mahasiswa Untad, Moh Arofik mengaku telah berupaya untuk menemui pimpinan kampus untuk mendiskusikan terkait persoalan kenaikan UKT.
“Kami sangat sulit untuk bertemu rektor, sehingga aksi bisu ini sebagai pendekatan soft yang kami lakukan. Kalau ini juga tidak didengar lagi, kami akan membuat aksi-aksi selanjutnya dengan skala yang lebih besar,” ujar Arofik.
Menurut Arofik, tidak adanya pembayaran UKT sesuai golongan justru telah menyalahi Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud).
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Untad, Sagaf berjanji akan menyampaikan aspirasi mahasiswa kepada rektor dalam waktu dekat.
Ia menyebut terdapat jalan yang dapat diambil mahasiswa jika mengalami kesulitan dalam membayar UKT, yaitu lewat beasiswa kementerian maupun lainnya.
Akan tetapi, ujar Sagaf, kuota penerima beasiswa pada 2023 dikurangi 50 persen dari tahun sebelumnya dari sekitar 1.500-an menjadi 700-an.
Dosen Fakultas Kehutanan Untad itu menyampaikan bahwa aksi mahasiswa menjadi bagian penting untuk kemajuan institusi.
“Kalau boleh bersurat langsung kepada rektor, bawa suara mahasiswa dan berdialog. Semoga kami juga bisa hadir untuk menjelaskan terkait tuntutan ini,” jelas Sagaf. (Mrj)