Home / Sigi / Sulteng

Sabtu, 21 Juni 2025 - 18:38 WIB

Mandiri, Gotong-Royong, dan Tumbuh Bersama Ramporame

Ramporame Tumbuh Bersama jadi nama baru menggantikan Ramporame Festival ( (Sumber: Mawan/hariansulteng.com)

Ramporame Tumbuh Bersama jadi nama baru menggantikan Ramporame Festival ( (Sumber: Mawan/hariansulteng.com)

HARIANSULTENG.COM, SIGI — Ramporame Tumbuh Bersama, sebelumnya mengusung nama Ramporame Festival, kembali hadir. Edisi keempat ini berlangsung 21—27 Juni 2025. Tentu saja masih di wilayah Desa Porame, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Porame berjarak sekitar 30 menit dari kota Palu dan berada di ketinggian. Lokasi acara berada di tengah hamparan sawah warga yang telah mengering serta berpagarkan jejeran pohon kelapa. Jika membuang pandang ke arah Timur, kita bisa melihat cahaya lampu-lampu kota.

Pukul 23.00 Wita atau enam jam sebelum pembukaan Ramporame, saya mendatangi tempat perayaan tersebut. Tim teknis, mahasiswa KKN, serta masyarakat sekitar tampak giat merampungkan pekerjaan mereka.

Hamparan sawah yang panjangnya sekitar 900 meter dijadikan ruang pertunjukan dan pameran. Dalam kondisi gerimis dan temaram saya coba berkeliling. Tidak ada panggung utama, pengeras suara yang megah, dan alat musik mahal. Hanya bangunan serupa pondok dan satu ruang semi permanen yang berjejer rapi.

Saya lalu menemui Kukuh Ramadan yang setia menjadi pengarah program sedari awal acara ini hadir. Kami bercakap-cakap di ruangan yang akan dipersiapkan sebagai tempat pameran. “Ramporame adalah ruang. Kita bisa manfaatkan lanskap sawah sebagai panggung. Menurut kita di Ramporame, penggunaan pengeras suara yang terlalu besar justru membatasi antara penampil dan penonton,” jelas Kukuh sembari tersenyum.

Baca juga  Jadi Tersangka Dugaan Korupsi, Mantan Rektor Untad Dijeblos ke Rutan Palu

Kukuh juga menjelaskan bahwa Ramporame kali ini tidak coba menghadirkan panggung yang sifatnya sementara. Harapannya bentang alam yang ada dapat dimanfaatkan oleh para seniman ataupun masyarakat sebagai panggung pertunjukan. Pengeras suara pun demikian, cukup pakai seperlunya saja.

Pergantian nama dari Festival Ramporame menjadi Ramporame Tumbuh Bersama adalah respons dari besarnya animo masyarakat dan teman-teman seniman untuk terlibat dalam perayaan ini.

Nantinya akan ada pameran Wastra Aksara, penampilan musik, SineNgata atau sinema kampung persembahan Halaman Belakang Films, lapak produk, jajanan kuliner warga, edukasi pertanian anak oleh Ide Ketjil, dan sesi adaptif-partisipatif yang bisa diisi oleh kegiatan dan siapa saja selama perayaan berlangsung.

Menariknya Ramporame Tumbuh Bersama tidak menyebarkan undangan untuk menghadiri kegiatan. Hal ini dilakukan lantaran kegiatan ini bermakna perayaan bersama tanpa adanya status tuan rumah dan tamu undangan.

Meski di tengah jalan muncul ungkapan atau dugaan bahwa perayaan ini terkesan “anti pemda”, karena sejak pertama kali dibuat pada tahun 2022, Ramporame tidak menggunakan atau mendapatkan bantuan dana dari pemerintah.

Baca juga  8 Caleg Terpilih DPRD Sulteng Dapil II Parigi Moutong, NasDem Raih Dua Kursi

Bagi Kukuh ini merupakan kesalahan tafsir tentang Ramporame, “Empat tahun perayaan itu justru sengaja tanpa adanya pendanaan dari mana pun. Karena yang kita mau coba adalah gotong-royong dan mandiri. Tidak mesti ada sponsor dulu baru bikin perayaan. Persis seperti molabe yang dibuat orang dulu. Kan, itu acara tidak ada sponsornya. Warga yang urunan,” tutur Kukuh.

Pesan yang sebenarnya ingin disampaikan adalah perayaan yang diselenggarakan oleh masyarakat patut mengedepankan nilai-nilai gotong-royong dan mandiri. Ada atau tanpa pendanaan, melalui bantuan pemerintah atau swasta, perayaan tetap akan terlaksana.

Jadi, Kukuh dk. mengajak tuan puan, tua muda, untuk kembali ramai berkumpul di Porame lagi. Durasi penyelenggaraan tahun ini juga lebih lama dibandingkan edisi-edisi terdahulu yang paling lama tiga hari. Tahun lalu malah hanya berlangsung dua hari.

Bila dulu Porame jadi kawasan strategis untuk berkumpulnya para punggava tadulako untuk bermusyawarah, kini jadi perayaan sekaligus ruang untuk tumbuh bersama. Persis seperti asal namanya, “po” yang berarti persatuan dan “rame” berarti perayaan atau kegiatan ritual.

(Mawan)

Share :

Baca Juga

Puluhan massa dari Gerakan Pemuda dan Mahasiswa Touna menggelar aksi demo menolak Taman Nasional Kepulauan Togean (TNKT), Kamis (30/5/2024)/Ist

Palu

Puluhan Pemuda dan Mahasiswa Touna Gelar Aksi Tolak Taman Nasional Kepulauan Togean
Ketua LPM Poboya, Herman Pandejori/hariansulteng

Palu

Tuntut Penyelesaian Konflik Tambang, Warga Poboya Palu Bakal Demo Gubernur Rusdy Mastura
Komunitas Perempuan Lore Tengah bahas pengelolaan SDA lewat metode FPAR/Ist

Poso

Komunitas Perempuan Lore Tengah Bahas Pengelolaan SDA Lewat Metode FPAR
Kepala Bidang Data dan Informasi Gender dan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Sukarti/hariansulteng

Sulteng

DP3A Sulteng Catat 313 Kasus Kekerasan Sepanjang Januari-Juli 2023, 197 Anak Jadi Korban
Material menumpuk di bahu Jalan, Kepala Sekolah SD Inpres 1 Lolu kena denda Rp 500 ribu/Ist

Palu

Material Menumpuk di Bahu Jalan, Kepala Sekolah SD Inpres 1 Lolu Kena Denda Rp 500 Ribu
Pasangan Ahmad Ali dan Abdul Karim Aljufri gelar pengobatan gratis di 5 kabupaten/Ist

Sulteng

Pasangan Ahmad Ali dan Abdul Karim Aljufri Gelar Pengobatan Gratis di 5 Kabupaten
Wakil Wali Kota Palu, Imelda Liliana Muhidin membuka Turnamen Futsal Liga Ramadhan Tanamodindi Cup IV 2025, Rabu (13/03/2025)/Pemkot Palu

Olahraga

Digelar Dua Pekan, Turnamen Futsal Liga Ramadhan Tanamodindi Resmi Bergulir
Penyintas bencana 2018 berunjuk rasa di depan Kantor BP2P Sulawesi II Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Sulteng Jl Rajawali, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Selasa (4/1/2022)/hariansulteng

Palu

Rabu Lusa, Korban Gempa Sulteng 2018 Geruduk BPPW dan Satker Perumahan Tuntut Huntap