Jika di era Orde Baru aktivis seperti dirinya sering berhadapan dengan perusahaan tambang dari Amerika-Eropa, kini Tiongkok menjadi ‘pemain utama’ dalam industri nikel seperti di Kabupaten Morowali.
“Tahun 96 saya mengadvokasi masyarakat Bahodopi dan Bahomotefe karena ruang hidup mereka dirampas. Dulu kami berusaha menyampaikan kepada pemerintah bahwa boleh ada tambang, tetapi jangan mengambil ruang-ruang hidup masyarakat,” katanya.
Saat itu, Aristan menyaksikan bagaimana perusahaan secara terang-terangan memisahkan masyarakat dari ruang hidup yang mereka diami secara turun temurun.
“Masyarakat begitu tidak berdaya. Pejabat-pejabat negara banyak bicara soal keadilan sosial dan kepedulian lingkungan, ini gimmick dan omong kosong semua. Saya tidak bermaksud memprovokasi. Tapi lihat betapa putus asanya negara ini mencari uang sampai harus mengorbankan rakyatnya,” jelas Aristan.
Alumni Fakultas Pertanian Untad itu kemudian mencontohkan kasus bentrokan antara masyarakat Rempang Batam dengan aparat kepolisian.
Bentrokan ini terjadi karena masyarakat menolak direlokasi untuk kepentingan pembangunan investasi Rempang Eco City.
Negara memilih mengerahkan aparat bersenjata untuk memastikan kelancaran pembangunan Rempang Eco City. Kepentingan rakyat nyata-nyata ditempatkan di bawah kepentingan investasi.
“Kita bisa melihat kasus Rempang. Ada kampung Melayu di Rempang yang secara turun temurun dihuni oleh masyarakat, lalu disebut wilayah negara yang kosong (warga tak punya sertifikat). Kemudian atas nama investasi, negara boleh mengusir mereka dari rempang. Bukan hanya di Rempang, kondisi ini terjadi di hampir setiap daerah. Ketika ada izin pertambangan atau proyek-proyek pembangunan, rakyat terusir dari tanahnya,” ucap Aristan.
Lebih dari 20 tahun berlalu sejak aktif secara kepengurusan di Walhi Sulteng, kini Aristan memilih masuk ke dalam dunia politik.
Di Pileg 2024, ia tercatat sebagai caleg DPRD Provinsi Sulawesi Tengah Dapil Kota Palu nomor urut 1 dari Partai NasDem. Ia rupanya merasa perlu untuk menjadi bagian dari sistem parlemen yang selama ini dikritiknya.
“Kita berharap teman-teman aktivis bisa mewarnai parlemen supaya parlemen punya kesadaran untuk melakukan tindakan-tindakan politik yang berpihak kepada kepentingan lingkungan dan masyarakat,” ucap Aristan.
(Fat)