HARIANSULTENG.COM, POSO – Tim Ekspedisi Poso selama dua pekan melakukan perjalanan ke 19 titik dari 24 titik situs geologi dan arkeologi yang akan ditetapkan sebagai warisan geologi oleh Kementerian ESDM.
Tim ini yang dipimpin Lian Gogali terdiri dari para ahli geologi, akeologi, antropologi, biologi dan ekonomi, kebencanaan serta pariwisata berkelanjutan.
“Perjalanan ini merupakan bagian dari kegiatan penyusunan dokumen Rencana Induk (Renduk) yang merupakan salah satu tahapan menuju Geopark Poso,” ujar Lian dalam keterangannya, Kamis (21/11/2024).
Perjalanan dimulai pada4 November 2024 dengan mengunjungi situs Conical Hill, yakni bukit batu gamping kerucut di tengah sawah yang ada di wilayah Posunga, Kelurahan Pamona, Kecamatan Pamona Puselemba.
Selanjutnya, situs Ketidakselarasan Petirodongi yang ada di tepi jalan penghubung antara Kelurahan Petirodongi dengan Kelurahan Tendeadongi.
Situs ini menjadi salah satu bukti ilmiah bahwa dahulu wilayah ini adalah dasar samudera yang terangkat ke permukaan.
Dari Petirodongi, tim kemudian melanjutkan perjalanan ke situs Batu Gamping Malihan Wawondoda di Kelurahan Sawidago, Pamona Utara.
Lokasi yang berada diketinggian lebih dari 900 mdpl ini berupa dinding batuan raksasa yang secara geologi, juga menunjukkan bahwa lokasi ini dahulu adalah dasar lautan yang terangkat ke permukaan sekitar 0,3 hingga 65 juta tahun lalu.
Pada hari yang sama, tim juga mengunjungi Gua Tangkaboba dan Gua Latea, dua lokasi yang yang sudah populer sebagai destinasi wisata di Kelurahan Tentena dan Sangele.
Tim memeriksa kembali jenis batuannya berupa batuan karst dan stalaktit yang ada di mulut gua. Lokasi ini oleh Badan Geologi disebut memiliki banyak makna.
Dari sisi fungsi, ini merupakan kunci proses tektonik di Kabupaten Poso, selain itu sebagai bukti ilmiah dahulu air Danau Poso sampai ke wilayah itu.
Perjalanan ini bukan hanya sekedar memeriksa ulang data yang dikirimkan oleh Badan Geologi. Namun juga mengajak masyarakat sekitar lokasi untuk terlibat membicarakannya setelah tim selesai mengunjungi lokasi. Pada malam harinya, dilaksanakan diskusi terfokus bersama warga.
Diskusi hari pertama dilaksanakan di Baruga Kelurahan Pamona yang diikuti perwakilan warga dari Petirodongi, Pamona, Sangele, Tentena dan Sawidago.
Meski lebih banyak memeriksa data geologi, namun sisi arkeologi, budaya dan keanekaragamam hayati yang ada di kawasan itu juga ditelisik untuk melihat bagaimana saling pengaruh antara kondisi geologis suatu wilayah dengan kondisi keanekaragaman hayati di dalamnya.
Demikian pula cerita rakyat yang mempengaruhi masyarakat di sekitar. Semua kajian yang dilakukan nantinya akan memperkuat narasi setiap situs saat dikembangkan menjadi wilayah penelitian atau kepariwisataan
Keterlibatan warga di sekitar lokasi situs geologi menjadi salah satu aspek penting dalam konsep Geopark atau Taman Bumi yakni, mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar dengan berazaskan perlindungan keanekaragaman geologi, hayati dan budaya yang ada di kawasan itu.