HARIANSULTENG.COM – Anwar Hafid disebut-sebut akan menemui jalan terjal untuk dapat tiket di Pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah (Pilgub Sulteng) 2024.
Ketua DPD Demokrat Sulteng itu telah menggandeng Reny Lamadjido sebagai wakilnya di Pilgub Sulteng. Keduanya pun telah resmi mendaftar di PKB pada 5 April 2024.
Namun isu penjegalan dirinya menjadi wacana yang mencuat ke publik usai Ahmad M Ali juga mendaftarkan dirinya sebagai calon gubernur di PKB, partai Reny Lamadjido.
Wakil Ketua Umum Partai NasDem itu melakukan pendaftaran di Kantor DPW PKB Sulteng 2 hari setelah Anwar Hafid.
Tak sampai di situ, usai resmi mendaftar di PKB, Ali secara bergantian bertemu dan membangun komunikasi dengan sejumlah elite partai politik.
Sejumlah pimpinan partai yang ditemui Ahmad Ali salah satunya Muharram Nurdin yang menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Sulteng.
Teranyar, politisi yang akan genap berusia 55 tahun pada 16 Mei itu juga bertemu dengan dua pimpinan parpol lainnya, yakni Ketua DPD Gerindra Sulteng Longki Djanggola dan Ketua DPD Golkar Sulteng Arus Abdul Karim.
Momen pertemuan ketiganya terjadi saat perayaan hari raya Idulfitri belum lama ini di kediaman Arus Abdul Karim.
Meski terlihat hanya pertemuan silaturahmi semata, namun sulit membayangkan ketika para petinggi partai bertemu tanpa bicara politik.
Hal ini kemudian memunculkan spekulasi bahwa PDI Perjuangan, Gerindra dan Golkar menjadi opsi koalisi bagi Ahmad Ali di Pilgub Sulteng 2024.
Jika partai-partai pemilik kursi DPRD tersebut berada di genggaman Ahmad Ali, maka tak menutup kemungkinan Anwar Hafid kembali menjadi penonton seperti yang terjadi pada Pilkada 2020.
Pada Pilkada 2020, Anwar Hafid yang berpasangan dengan Sigit Purnomo Said atau Pasha ‘Ungu’ tidak memenuhi syarat 20 persen yang setara dengan 9 kursi DPRD Sulteng.
Kala itu, Anwar-Pasha diusung oleh Demokrat, PAN dan PPP. Dari tiga partai pengusung ini, Anwar-Pasha hanya mengumpulkan 7 kursi dan masih kekurangan 2 kursi lagi.
Sementara pada Pilkada 2024, kursi DPRD Sulteng mengalami penambahan 10 kursi dari 45 menjadi 55 kursi.
Dalam pemilihan legislatif (pileg) 2024, Partai Demorkat berhasil meraih 8 kursi DPRD Sulteng. Namun jumlah ini belum bisa memenuhi syarat 20 persen (11 kursi) jika Anwar Hafid ingin maju sebagai kandidat calon gubernur.
Menanggapi hal itu, Anwar Hafid menyebut dalam kontestasi politik, strategi jegal menjegal merupakan cara kuno.
Menurutnya, sudah saatnya para kandidat fokus pada adu gagasan dan program yang dibutuhkan oleh masyarakat.
“Dalam kontestasi politik, menggunakan strategi jegal menjegal adalah cara kuno. Sudah waktunya kita bergerak maju dan fokus pada adu gagasan dan program yang dibutuhkan oleh masyarakat,” ujar Anwar mengutip KabarSelebes.id.
Di sisi lain, Ahmad Ali mengklaim koalisi besar bukam berarti bertujuan untuk menjegal kandidat lainnya.
Komunikasinya dengan beberapa petinggi partai hanya untuk menjalin hubungan baik dan membangun kesepahaman bersama.
Lagipula, ia menyatakan tak memiliki kuasa untuk mempengaruhi keputusan di setiap partai, termasuk menentukan arah dukungan di Pilgub Sulteng pada November 2024 mendatang.