HARIANSULTENG.COM, PALU – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu mengukuhkan komitmen mendukung kualitas informasi di tahun politik dengan menggelar Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ).
Sebelum pelaksanaan UKJ pada 27 – 28 Januari 2024, AJI Palu menggelar pra UKJ melalui kegiatan workshop bertempat di Hotel Jazz, Kota Palu, Jumat (26/1/2024).
“Profesionalisme dalam Peliputan Pemilu” menjadi tema yang diangkat untuk menekankan pentingnya peran vital pers dalam menyajikan informasi yang mencerahkan sekaligus kritis terkait pesta demokrasi 5 tahunan tersebut.
Ketua AJI Palu, Yardin Hasan menggarisbawahi pentingnya para jurnalis menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalisme dan kode etik.
Ia mengidentifikasi beberapa tantangan yang dihadapi oleh jurnalis, termasuk keterlibatan pemilik media yang juga merupakan tokoh partai politik, dan tekanan dari massa pendukung calon peserta pemilu.
“Tantangan lainnya adalah tekanan dan ancaman dari massa pendukung calon peserta pemilu. Potensi ancaman ini dapat menyulitkan jurnalis dalam menjalankan tugasnya secara profesional,” ujarnya.
Selain itu, dampak teknologi informasi juga diakui sebagai faktor yang meningkatkan kompleksitas pekerjaan jurnalis.
Pengaruh media sosial dalam menyebarkan informasi disoroti sebagai pemicu polarisasi masyarakat yang semakin tajam.
Yardin juga memberikan perhatian khusus pada tingkat kesejahteraan para jurnalis, yang dianggap masih jauh dari harapan dan berpotensi memengaruhi profesionalisme mereka.
Menyikapi semua tantangan ini, AJI Indonesia menyadari perlunya pelatihan bagi para jurnalis yang akan meliput pemilihan umum.
Dengan pelatihan ini, diharapkan para jurnalis dapat bekerja secara profesional, mematuhi kode etik jurnalistik, dan menjaga integritas mereka dalam menghadapi dinamika politik yang kompleks.
Kegiatan workshop yang diikuti puluhan jurnalis ini diisi oleh narasumber berpengalaman, yakni Willy Pramudya dan Budisantoso Budiman dari AJI Indonesia.
Willy Pramudya, dalam membuka agenda lewat aplikasi Zoom, menekankan pentingnya pedoman etika bagi seorang jurnalis.
“Beda pekerjaan dan profesi, adalah salah satunya tentang etika. Seorang jurnalis yang profesional, harus memiliki kecakapan dan etika,” kata Willy melalui aplikasi Zoom.
Willy mempertegas bahwa dalam musim politik, media harus tetap menunjung prinsip keberimbangan dan profesional.
“Sebuah media yang bertanggung jawab tidak hanya meliput calon. Seandainya ketiga calon pilpres ini datang ke Makassar, media wajib menugaskan tiga orang untuk meliput agenda tersebut,” ungkapnya.
Ia menyatakan bahwa cara efektif untuk menjaga keberimbangan dalam berita adalah dengan mengambil komentar ahli.
“Bisa dengan cara kedua, untuk membuat berita itu berimbang dengan memberikan komentar pengamat,” tuturnya.
Selain keberimbangan, Willy mengakui bahwa dalam meliput pemilu, keakuratan menjadi kunci agar melahirkan produk jurnalistik yang bermutu.
“Dalam peliputan pemilu, jurnalis harus menyampaikan data pemilu dengan keakuratan. Berita yang berkualitas melahirkan pemilu yang berkualitas. Akurasi menjadi penting dalam peliputan pemilu,” jelasnya.