Pusat gempa dari aktivitas sesar di Pulau Sulawesi umumnya memiliki kedalaman maskimal 60 km di bawah permukaan bumi.
Sedangkan gempa gempa megathrust kedalamannya bisa antara 0-70 km, 70-300 km hingga 300-700 km.
Namun demikian, kata Abdullah, gempa megathrust dengan kekuatan cukup kuat bisa memicu aktivitas zona patahan atau sesar.
“Meski gempa megathrust dan sesar berbeda, tapi satu sama lain bisa saling memicu. Misalnya terjadi gempa cukup kuat di zona subduksi, itu bisa memicu aktivitas sesar. Sebaliknya, sesar kecil kemungkinan bisa memicu aktivitas di zona subduksi atau patahan megathrust,” jelasnya.
Abdullah mengatakan, gempa subduksi disebut megathrust karena kekuatan guncangannya bisa di atas magnitudo 8.
Ia mencontohkan seperti gempa zona subduksi di Aceh pada 2004 yang mencapai skala magnitudo 9,1 – 9,3.
Gempa tersebut turut memicu gelombang tsunami hingga memporak-porandakan daratan Aceh dan sekitarnya.