HARIANSULTENG.COM, PALU – Kepala Dinas Pariwisata Kota Palu, Ridwan Mustapa, secara resmi menutup event Ngata Topodoka Fest jilid II, Minggu (10/11/2024).
Ngata Topodoka Fest tahun ini digelar selama tiga hari di Lapangan Ngata Topodoka, Kelurahan Palupi, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Ridwan berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang berkumpul dan bersilaturahmi, tetapi juga menjadi wadah untuk menghargai dan mempertahankan kearifan lokal di tengah pengaruh globalisasi yang begitu pesat.
Menurut Kadia, tema yang diangkag pada tahun ini, “Eksistensi Kearifan Lokal Terhadap Pengaruh Globalisasi” sangatlah relevan.
Di satu sisi, globalisasi membuka banyak peluang bagi perkembangan kota, namun di sisi lain, globalisasi juga menghadirkan tantangan besar bagi eksistensi budaya dan nilai-nilai lokal yang telah diwariskan oleh leluhur.
Oleh karena itu, Ngata Topodoka Fest ini sangat penting sebagai upaya mempertahankan dan memperkuat identitas kita agar tidak terkikis oleh arus globalisasi.
“Saya melihat bahwa selama tiga hari pelaksanaan festival ini, begitu banyak kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat, baik dari generasi muda hingga para tokoh adat,” kata Ridwan.
Beragam pertunjukan seni, pameran kerajinan, dan diskusi mengenai nilai-nilai kearifan lokal telah dihadirkan, membuktikan bahwa masyarakat Palu tetap berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya yang kita miliki.
Olehnya, dirinya sangat mengapresiasi semangat ini karena mempertahankan budaya adalah salah satu bentuk cinta kepada tanah air.
Selain itu, diharapkan pula, melalui kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda kita agar semakin memahami dan menghargai kearifan lokal.
“Anak-anak muda yang turut berpartisipasi di festival ini menunjukkan bahwa meskipun mereka hidup di era digital dan teknologi, mereka tetap memiliki kebanggaan dan tanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai budaya lokal,” ungkapnya.
Ridwan menambahkan, hal ini tentu menjadi sinyal positif bahwa kearifan lokal akan terus lestari di tengah tantangan zaman.
“Teruslah berupaya menjadikan acara ini sebagai agenda tahunan yang tidak hanya menyatukan kita sebagai masyarakat Palu, tetapi juga meneguhkan identitas kita di tengah dunia yang semakin mengglobal,” pungkasnya.
(Lam)