HARIANSULTENG.COM, PALU – Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, mendorong angkatan kerja di Sulawesi Tengah (Sulteng) memanfaatkan peluang bekerja di luar negeri.
Karding mengaku telah membangun komunikasi dengan sejumlah kepala daerah untuk bekerja sama dalam menopang peningkatan jumlah pekerja migran Indonesia dari Sulteng.
Sebagai kementerian baru di Kabinet Merah Putih, pria kelahiran Donggala 52 tahun lalu itu ingin memperkuat fokus kinerja Kementerian P2MI.
Hal itu Karding sampaikan saat menyalurkan daging kurban kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) Purna di Palu, Sabtu (7/6/2025).
“Kami menyiapkan road map dan konsep yang berbeda-beda untuk setiap provinsi, kabupaten maupun kota. Di Sulawesi Tengah, saya sudah berbicara dengan gubernur dan beberapa bupati serta wali kota,” ujarnya.
Menurut Karding, bekerja di luar negeri sangat menjanjikan karena selain memperbaiki taraf hidup, pekerja dari Indonesia juga bisa mendapatkan transfer pengetahuan dan keterampilan.
“Misal gaji di Korea minimal Rp15 juta dengan pendidikan SMP dan SMA. Kalau bekerja di sini mungkin butuh 5 bulan. Anggap Sigi mengirim 100 pekerja, bisa dibayangkan berapa uang yang masuk. Ini sangat membantu daerah,” jelasnya.
Data BP2MI per April 2025, jumlah penempatan PMI mencapai 17.735 orang. PMI terkonsentrasi di Hongkong, Taiwan, Malaysia, Jepang dan Singapura, dengan jumlah penempatan sebanyak 14.421 atau 81,31 persen dari seluruh penempatan.
Provinsi dengan penempatan PMI terbanyak adalah Jawa Timur berjumlah 4.397 orang. Lalu disusul Jawa Barat (3.916 orang), Jawa Tengah (3.865 orang), Lampung (1.362 orang), dan Nusa Tenggara Barat (1.102 orang).
Sementara PMI asal Sulteng – berdasarkan publikasi BPS – hingga akhir 2024 berjumlah 378 orang, naik 29 persen dibanding tahun sebelumnya.
Karding memastikan kementerian yang dipimpinnya akan meningkatkan kualitas PMI di luar negeri dan memaksimalkan penempatan tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi dan keterampilan.
“Semua daerah punya potensi, termasuk Sulawesi Tengah. Tinggal bagaimana merubah mental dan pola pikir, karena tidak mudah meninggalkan keluarga,” terang Karding.
(Fandy)