
Puluhan anak-anak muda yang menyebut dirinya Tau Mangura dari Masyarakat Adat Danau Poso menolak penamaan jembatan yang dibuat Poso Energy diberi nama Yondo mPamona. /Handover abdy
HARIANSULTENG, PALU – Puluhan anak-anak muda menolak penamaan jembatan yang dibuat Poso Energy diberi nama Yondo mPamona.
Anak muda itu menamakan dirinya Tau Mangura dari Masyarakat Adat Danau Poso.
Mereka menggelar aksi budaya megilu di tepi Danau Poso, Senin (24/1/2022 ) pagi
Kordinator lapangan Tau Mangura Masyarakat Adat Danau Poso Ryan Ranonto menjelaskan, megilu adalah tradisi masyarakat adat dalam menyampaikan suara dan pendapat mereka.
Ryan Ranonto menceritakan, pada tahun 2019 silam, Poso Energy didukung Pemda Poso telah membongkar jembatan Pamona (Yondo Mpamona).
Pembongkaran itu untuk kepentingan pengerukan sungai buat bendungan PLTA Poso I.
Di lokasi bekas Yondo Pamona itu kemudian dibangun jembatan baru berkonstruksi besi oleh PT Poso Energy.
Di bagian dinding luar sebelah selatan jembatan ini dituliskan ‘Yondo Mpamona’.
Seakan hendak mengatakan kalau bangunan ini adalah Yondo Pamona yang sebelumnya dikenal oleh masyarakat.
Ryan Ranonto mengatakan, menamakan jembatan buatan Poso Energy dengan nama Yondo mPamona merupakan manipulasi sejarah.
Menurutnya, hal itu tidak sesuai dengan sejarah berdirinya Yondo Pamona yang kaya akan nilai-nilai budaya orang Pamona dipinggir Danau Poso.
“Kami menolak nama Yondo Pamona dipakai untuk jembatan baru itu, karena tidak sesuai dengan sejarahnya yang dulu dibangun dengan semangat kebersamaan seluruh masyarakat di pinggir Danau Poso” kata Ryan Ranonto.
Meski menolak nama Yondo Pamona dipakai untuk jembatan buatan Poso Energy.
Ryan Ranonto menegaskan, tidak menolak acara seremoni peresmian itu. Menurutnya itu adalah hak Pemda Poso.
“Sejarah Yondo Pamona dalam catatan Pdt Y Wuri dari Masyarakat Adat Danau Poso memiliki nilai sangat tinggi. Untuk membangunnya dibutuhkan semangat Mesale atau bergotong royong tinggi bahkan total. Mesale total itu berhasil berkat budaya Sintuwu yang dihidupi masyarakat pada waktu itu. Budaya Sintuwu itu terlihat dari kayu-kayu pilihan yang dibawa masyarakat desa-desa pinggir Danau Poso untuk menjadi bahan konstruksi Yondo Pamona. Bukan hanya menyumbang material, untuk membangunnya, masyarakat juga menyumbangkan tenaganya,” jelas Ryan Ranonto.
Olehnya, Ryan Ranonto menegaskan, pembangunan kembali jembatan Yondo Mpamona menghilangkan nilai sejarahnya.
Itu diungkapkannya saat memimpin aksi protes penamaan jembatan Yondo mPamona oleh yang dibuat PT Poso Energy.
Penolakan ini disampaikan dalam aksi budaya megilu di tepi Danau Poso, Sabtu (22/1/2022 ) pagi
“Jadi kalau kami mau menceritakan kepada anak cucu bagaimana sesungguhnya semangat gotong royong itu? tidak hanya bicara. Kami bawa mereka ke Yondo Pamona, baru kami ceritakan bagaimana dahulu leluhurnya membangun jembatan itu” kata Ryan Ranonto.
Ryan Ranonto menuturkan, simbol Mesale terakhir itu sudah dibongkar oleh Poso Energy.