HARIANSULTENG.COM, PALU – Sepak terjang kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) sudah tamat seiring tewasnya Askar alias Jaid alias Pak Guru sebagai DPO terakhir pada September 2022 lalu.
Operasi untuk memburu kelompok teroris paling dicari itu diketahui sudah beberapa kali berganti nama, mulai dari Operasi Camar Maleo (2015), Operasi Tinombala (2016-2021) dan Operasi Madago Raya (2021-sekarang).
Ali Kalora sebagai pimpinan MIT sepeninggal Santoso menjadi target utama operasi di bawah komando Irjen Abdul Rakhman Baso bersama Brigjen TNI Farid Makruf, Kapolda Sulteng dan Danrem 132/Tadulako kala itu.
Kedua pimpinan TNI-Polri di Bumi Tadulako ini memimpin perburuan di wilayah Kabupaten Poso, Sigi dan Parigi Moutong.
Data dihimpun HarianSulteng.com, Operasi Madago Raya di era Farid-Baso selama Februari hingga Agustus 2021 berhasil menewaskan 5 anggota MIT, yakni Alvin alias Adam alias Mus’ab alias Alvin Anshori, Khairul alias Irul alias Aslam, Qatar alias Farel alias Anas, Rukli, dan Abu Alim alias Ambo.
Memasuki akhir Agustus 2021, Rakhman Baso dimutasi menjadi Pati Korbrimob Polri dalam rangka pensiun. Posisinya sebagai Kapolda Sulteng digantikan Irjen Rudy Sufahriadi.
Pada 18 September 2021, Satgas Madago Raya berhasil melumpuhkan Ali Kalora sebagai pimpinan utama MIT bersama satu anggotanya Jaka Ramadhan.
Tewasnya Ali Kalora menjadi pencapaian terakhir Brigjen TNI Farid Makruf sebagai Danrem 132/Tadulako sebelum akhirnya digantikan Brigjen TNI Toto Nurwanto.
Perjalanan Rakhman Baso dan Farid Makruf saat memburu kelompok MIT ini terekam dalam sebuah buku berjudul “Poso di Balik Operasi Madago Raya”.
Keduanya kembali bertemu di acara peluncuran buku setebal 2018 itu di Hotel Best Western, Kota Palu, Selasa malam (25/10/2023).
Mereka tampak kompak mengenakan setelan kemeja putih dan celana panjang hitam. Kini, Farid Makruf menjabat Pangdam V/Brawijaya dengan dua bintang di pundaknya.
Selain kedua sosok jenderal tersebut, terdapat beberapa tokoh sentral lainnya yang hadir dalam peluncuran buku Poso di Balik Operasi Madago Raya.
Mereka di antaranya Pendeta Rinaldy Damanik dan Ustaz Adnan Arsal. Kedua tokoh agama yang terlibat langsung dalam proses perdamaian di Poso.
Baso, Pendeta Rinaldy Damanik dan Ustaz Adnan Arsal duduk satu meja di barisan depan. Sementara Farid duduk di meja lain bersama Anggota Komisi III DPR RI, Sarifuddin Sudding.
“Abangda”, demikian sapaan Farid kepada Rakhman Baso atau akrab disapa Rambo, rekannya saat masih sama-sama memburu kelompok MIT.
Farid menceritakan, saat itu Rambo mengutarakan keinginannya untuk segera menuntaskan persoalan terorisme di Poso sebelum pensiun sebagai anggota Polri.
Menyahuti keinginan sahabatnya, Farid mengatur strategi dengan mengelompokkan MIT menjadi dua front, yakni kelompok bersenjata dan tidak bersenjata.
Kelompok bersenjata merupakan gerakan MIT yang bergerilya di pegunungan, sedangkan satunya adalah mereka yang bersimpati dan terpengaruh ajaran atau ideologi Ali Kalora Cs.
“Bapak kapolda setuju, kami selalu bertukar pendapat. Saya selalu diberikan masukan, dan mendukung apa yang saya sampaikan. Begitu pula sebaliknya,” jelas Farid.