HARIANSULTENG.COM, PALU – Gempa dan tsunami Palu 28 September 2018, menjadi pengalaman berarti bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako (Untad).
Tingginya jumlah korban maupun kerugian ekonomi membuat FISIP Untad mendorong mahasiswa lakukan riset kebencanaan.
Hal ini diutarakan Dosen Prodi Ilmu Administrasi Publik FISIP Untad, Ahsan Sahmad dalam webinar bertajuk “Kaum Muda Sebagai Pelopor Penanggulangan Resiko Bencana”, Minggu (21/11/2021).
“Saat ini kami tengah mendidik 6-7 mahasiswa yang fokus di bidang kebencanaan. Kami harap mereka dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi,” ujarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, kerugian akibat gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu ditaksir mencapai Rp 8,3 triliun.
Ahsan mengatakan, kajian kebencanaan bertujuan untuk memperkuat mitigasi guna mencegah dan meminimalkan korban jiwa serta kerusakan akibat bencana.
Ia berharap mahasiswa nantinya dapat memberikan masukan kepada pemerintah terkait manajemen penanggulangan bencana di Kota Palu.
Termasuk dalam mengusulkan agar mitigasi bencana masuk ke kurikulum pendidikan formal.
“Kami harap setelah melakukan penelitian kebencanaan, mahasiswa bisa memberikan intervensi. Mengajak pemerintah memasukkan mitigasi bencana ke dalam kurikulum pendidikan sekolah,” tutur Ahsan.(hs)