HARIANSULTENG.COM – Pengurus Besar (PB) Alkhairaat menetapkan pelaksanaan Haul Habib Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua ke-54 jatuh pada 12 Syawal 1443 Hijriah.
Berdasarkan hitungan kalender masehi, waktu tersebut di antara tanggal 13 atau 14 Mei 2022 mendatang.
“Sudah ditetapkan 12 Syawal, dalam hitungan masehi antara 13 atau 14 Mei,” kata Ketua Umum PB Alkhairaat, Habib Ali bin Muhammad Aljufri dalam keterangannya, dikutip Rabu (20/4/2022).
“Insya Allah Haul Guru Tua tahun ini ada, tapi kita tidak menyebarkan ke para abna (warga Alkhairaat) di luar Sulawesi Tengah karena masih pandemi. Namun tidak ada pembatasan kedatangan dari daerah di luar Sulawesi Tengah,” ujarnya menambahkan.
Haul Guru Tua biasanya selalu diisi dengan ceramah agama oleh Ketua Utama Alkhairaat, Habib Saggaf bin Muhammad Aljufri.
Adapun pelaksanaan haul kali ini menjadi kali pertama tanpa Habib Saggaf sejak beliau meninggal dunia pada 3 Agustus 2021 lalu.
Sejak menjabat sebagai Ketua Utama Alkhairaat pada 1975, Habib Saggaf menetap di Kota Palu, Sulawesi Tengah hingga akhir hayatnya.
Cucu dari Guru Tua dan kakak kandung Habib Ali itu wafat di usia 83 tahun di Rumah Sakit (RS) Sis Aljufri, Kelurahan Siranindi, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.
Pada tahun lalu, puncak Haul Guru Tua ke-53 digelar secara virtual langsung dari kediaman Habib Saggaf bin Muhammad Aljufri.
Dalam ceramahnya, Habib Saggaf mewanti-wanti umat Islam khususnya di Sulawesi Tengah agar waspada terhadap aliran ekstrem.
Ia menjelaskan, kelompok ini kerap menyalahkan hingga mengkafir-kafirkan orang yang berbeda pendapat dengannya.
Lebih jauh, Habib Saggaf menyebut kelompok ekstremis mengatasnamakan Islam ini memiliki sikap anti pemerintah.
Sementara kedua hal tersebut sangat bertolak belakang dengan ajaran Alqurab maupun Hadis Nabi Muhammad SAW.
“Tidak boleh memusuhi pemerintah yang sah apalagi sampai mengangkat senjata itu tidak dibenarkan dalam ajaran agama. Umat Islam harus patuh kepada pemerintah. Jika mereka berlaku tidak adil, maka itu menjadi urusannya dengan Allah. Lain hal jika pemimpin memerintahkan kita untuk bermaksiat, maka kita dilarang menaatinya,” terang Habib Saggaf kala itu. (Agr)